Mengapa dalam sebuah diskusi pembelajaran kita selalu menemukan kata-kata "tergantung ruang dan waktu", kalau dalam bahasa jawa empan papan. Saya sedikit banyak bertanya-tanya utamanya terkait waktu, karena kalau ruang itu sangat mudah untuk divisualisasikan melalui daya imajinasi. Akan tetapi, waktu sedikit keuinikannya tersendiri.
Jika berbicara tentang waktu, kita tidak bisa lepas dari 3 unsur utama, yakni masa lalu, sekarang (saat ini), dan masa depan. Tidak perlu berbicara panjang lebar karena saya yakin kita sudah banyak mengetahui dan menemukan banyak kata-kata bijak terkait waktu, maka bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa waktu sekarang (saat ini) merupakan hal yang paling penting. Yang realistis, karena masa lalu tidak mungkin bisa diubah, dan masa depan masih ghaib.
Lalu, apa yang menjadikan masa sekarang itu paling penting? Apakah keberadaan posisi, situasi lingkungan, kesadaran diri? Kalau ditelisik itu semua merupakan keterangan kalau diibaratkan dalam sebuah susunan kalimat yang ternyata masih bergantung pada predikat dan objek. Lantas sebagai subjek, apa yang menjadikan "sekarang" itu penting?
Lantas saya mencoba mempraktikkan saya sebagai subjek tanpa predikat, objek, ataupun keterangan. Saya berdiam diri tanpa ada niat apapun. Dari situ ternyata selalu ada sesuatu yang bergerak dalam diri, baik itu detakan jantung, hembusan nafas, dan mata yang berkedip. Detakan jantung dan hembusan nafas sulit saya intervensi jika dikaitkan dengan kesadaran waktu sekarang. Namun dari kedipan mata, saya sedikit menemukan sesuatu yang menarik.
Kedipan mata ini hampir memiliki kesamaan sifat dengan tidur. Kita tidak bisa mengontrol tubuh kita sama sekali dalam sepersekian detik tersebut. Apabila kedipan mata ini saya peruncing skala percepatan waktunya, saya mendapatkan data setiap 3 detik, saya melakukan satu kedipan dengan waktu 0,15 detik. Dalam 1 menit, bisa diambil kesimpulan saya akan memejamkan mata saya selama 3 detik. 1 jam berarti saya telah memejamkan mata selama 180 detik atau 3 menit tanpa saya sadari.
Kalau dalam sehari berarti bisa diambil kesimpulan kita telah banyak menghabiskan waktu 72 menit atau 1 jam 12 menit hanya untuk kedipan mata. Wow? Padahal kita selalu menghitung dalam sehari ada 24 jam, lantas kemana 1 jam 12 menit itu digunakan? Apakah kita tidak sadar telah dikorupsi, atau itu merupakan sebagian dari zakat terhadap waktu?
Mengapa "sekarang" begitu penting ketika bertambah kesadaran kita akan waktu? Tentu agar kita tidak mudah menyia-nyiakan waktu yang berlalu begitu saja. Bahkan, dalam satu kedipan mata. Memang sih terdengar absurd dan tidak relevan apabila sudah dihadapkan dengan realita. Namun dengan kepekaan terhadap waktu yang terus berjalan maju, harapannya kita selalu bisa memanfaatkannya dengan baik.
Salah satu jalan agar bisa memanfatkannya dengan baik adalah dengan memegang teguh prinsip iman, islam, dan ihsan. Iman terhadap segala ketentuan yang diberikan olehNya sekarang. Islam terhadap apa saja yang akan menjadi laku dan niat keberangkatan. Serta ihsan, seolah-olah Dia selalu mengawasi kita sehingga kesadaran akan keberadaan-Nya akan selalu melekat. Kalau terlihat mudah, mengapa sulit untuk dilakukan? Kalau sudah terlihat sulit, apakah mungkin kemudahan yang kiranya nanti akan dirasakan?
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (2:214)
***
2 April 2021