Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadikan Pengalaman sebagai Guru Terbaik

31 Desember 2020   22:53 Diperbarui: 28 April 2021   06:48 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar dari pengalaman. | Sumber: dok. pribadi

Beberapa waktu ke depan, kebiasaan kita menulis angka tahun akan segera berubah. Sebetulnya bebas juga akan berubah di angka berapa kita akan menuliskan runtutan angka. Akan tetapi, dengan kebebasan itu kita juga mesti siap dengan segala konsekuensinya karena tidak menyepakati umumnya yang telah disepakati dalam niteni tahun. 

Yang pasti semakin berjalannya waktu, kita tidak dapat menghindari kodrat tuntutan perubahan. Pertanyaannya, perubahan ke arah mana? Menuju apa? Dari dan untuk apa kita mesti menyadari adanya perubahan?

Tahun 2020 akan segera menjadi kenangan, pun pengalaman yang akan menjadi bagian sejarah baik secara individu ataupun secara kolektif. Kedua sudut pandang tersebut tidak bisa disamakan refleksi yang nantinya bisa dirumuskan menjadi sebuah resolusi pada massa berikutnya. 

Kalaupun bisa, kita masih rentan mencapai kemufakatan dengan menimbang keadaan, hasrat, ataupun tanggung jawab yang sangat majemuk dan sangat luas jika mesti dipelajari satu per satu.

Teringat sebuah pesan yang pernah disampaikan oleh Mbah Nun, bahwa kelemahan kita bahkan bangsa kita salah satunya adalah mencatat atau mendokumentasikan sebuah peristiwa. 

Kita hanya asyik menikmati hingga lupa merekam peristiwa yang kelak akan menjadi pengalaman atau sejarah. Bagaimana kita bisa belajar kepada pengalaman (guru terbaik), sedangkan kita tidak punya data? Kecuali mengandalkan ingatan-ingatan subyektif yang sangat rentan terserang virus lupa.

Atau dengan mengambil salah satu catatan dari Mas Sabrang pada saat Milad "Sangaji" di bulan Februari, yang mengatakan bahwa dalam ruang kebersamaan yang paling bisa ditandai atau dimaknai sebagai tolak ukur tanda-tanda sebuah pertumbuhan adalah menyadari kesalahan. 

Sedangkan kesalahan tertandai dari masalah-masalah yang menyapa. Jadi jangan terlalu mudah menyimpulkan kalau masalah merupakan musibah, karena bisa jadi masalah merupakan salah satu cara Tuhan menyapa diri kita. Bisa jadi masalah menjadi sebuah pertanda bahwa kita akan diajak untuk tumbuh. Apakah menyadari kesalahan itu salah?

Sumber: dok. pribadi
Sumber: dok. pribadi

Menahan Diri dalam Ruang Kebersamaan

Maneges Qudroh merupakan salah satu simpul Maiyah di wilayah Magelang yang menjadi sebuah perkumpulan, ruang kolektif, atau sebagai majelis paseduluran yang memiliki tanggung jawab dan amanah untuk meneruskan ilmu dan nilai maiyah kepada lingkungan sekitar. 

Saat pembelajaran diri ke dalam sedang gencar dilakukan, sebagai kuda-kuda dalam menghadapi tantangan zaman yang menanti, justru kita kedatangan tamu Coronavirus yang tentu semakin menambah permasalahan sehingga diperlukan menghitung dan menimbang ulang kembali setiap langkah yang telah dipersiapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun