Setelah hanya menjadi wacana selama beberapa bulan, akhirnya agenda untuk melaksanakan workshop pengelanan diri dengan jalan tafakkur, tadzakkur, dan tadabbur diri. Acara yang terlaksana hari Kamis, 24 Desember 2020 ini dihadiri oleh 10 peserta dengan kuota maksimal 11 orang.Â
Teknis jumlah peserta sengaja dibuat terbatas mengingat durasi waktu, ditambah dengan syarat-syarat khusus yang tidak biasa, salah satunya tidak boleh merokok dan hanya diperbolehkan meminum air ptih selama acara. Namun, bagi beberapa peserta yang ikut, syarat tersebut justru menjadi ujian niat dan kesungguhan dalam proses pengenalan diri.
Semalam sebelum acara dalam video Akik Maiyah, Mbah Nun seolah memberikan legitimasi melalui statement-statement beliau yang terkait dengan workshop pengenalan diri ini. Tentu saja, hal tersebut menjadi warna tersendiri yang mampu memacu semangat dan kesungguhan sebelum acara dimulai.
Sekitar pukul 20.00, para peserta sudah berkumpul di lokasi acara yang bertempat di kediaman Mas Entong/Mufid, Dusun Pletukan, Tempuran, Magelang. Sebuah lokasi yang sudah tidak asing lagi bagi sedulur-sedulur maiyah di Magelang karena sering digunakan sebagai tempat pelaksanaan acara.
Sembari menanti Pak Yadi (pemateri workshop) datang dari Godean, para peserta pun nampak memanfaatkan waktu untuk menikmati kopi dan rokoknya, sebelum berpuasa selama acara.
Setelah Pak Yadi datang dan sejenak beristirahat, tempat segera dibersihkan. Acara segera dimulai dengan keadaan hanya tersisa air putih sekiranya ada peserta yang dahaga selama acara. Semua sudah sedia perlengkapan kertas dan pulpennya masing-masing.
Mengalami suasana yang tidak biasa ini sungguh menjadi pengalaman baru bagi beberapa peserta selama bermaiyah. Peserta dituntut untuk lebih tegas dalam menahan diri sebagai wujud dari kesungguhan yang tentunya akan mempengaruhi proses dan tujuan akhir.
Pak Yadi mengawali workshop dengan memberikan landasan yang perlu dipegang selama berproses mengenali diri, yakni dengan memegang teguh iman dan taqwa. Iman dan taqwa tersebut oleh Pak Yadi dimaknai sebagai eling dan waspada. Peserta workshop juga dianjurkan untuk memegang prinsip rukun iman dan rukun islam sebagai landasan, lalu memproyeksikannya ke dalam berbagai ilmu dan pengalaman yang didapati sehari-hari.
Apapun yang dilakukan syukur-syukur bisa diikrarkan seperti syahadat, diamalkan layaknya sholat, dikuatkan ibarat sedang berpuasa, diikhlaskan seperti berzakat, dan diamanahkan seperti sedang berhaji. Harapannya agar kita dapat lebih mengetahui atau memetakan 4 hal dalam diri, antara keahlian, kewajiban, keinginan, atau kebutuhan.
Dengan bekal pengetahuan tersebut, para peserta diharapkan mampu mendapati titik keseimbangan antara kebutuhan intelektual, mental, dan spiritual agar menghasilkan moral atau akhlak yang baik.
Wirid sholawat Luthfi dan tawassulan mengiri perjalanan workshop berikutnya. Para peserta dengan hikmat melantunkannya agar terefleksi kelembutan di hati, tubuh, ruh, ataupun kesadaran hidup masing-masing.