Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjawab Sapaan Malam-malam yang Hangat

15 Desember 2020   16:35 Diperbarui: 15 Desember 2020   16:38 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash/joshua-newton

Dalam rubrik khusus MYH ini, sengaja kata pengantar atau prolog ini terpublikasi di belakang. Hanya sedikit saya beri judul bukan sebagai "kata pengantar", melainkan lebih cenderung  ke "menjawab". Sesuai dengan tagline blog "pemberi makna akan rindu kepada angan", apa jadinya jika makna itu sudah ada yang bukan berdasar rindu, melainkan hasrat atau ego? Karena makna itu lebih banyak kita dapati saat kita memelihara rasa, daripada pada saat menuntaskannya.

Jadi, bisa saya katakan hanyalah sebuah ruang pelarian atas kejenuhan keadaan yang semakin menggerus hakikat hubungan antarmanusia. Bahwasanya apa yang dikatakan persatuan selama ini, hanyalah omong kosong belaka disaat kelembutan berkah itu mampu membuktikan satu hal utama, yakni tidak adanya pondasi untuk saling mengamankan dan saling mempercayai dalam konteks persatuan.

Anggap saja, saya butuh hiburan atas ketidakselarasan kata dan laku yang lalu-lalang dimana-mana dalam berbagai hubungan yang dibangun, yang akhirnya mendorong saya untuk berkelakar tentang sesuatu yang lain. Menciptakan sebuah ruang dimana rasa aman dan percaya akan tetap saling terjaga meski membutuhkan iman, karena ini bukanlah sesuatu yang dapat ditakar dengan timbangan logis.

Banyak sekali pertemuan cinta yang harus dimaknai meski mayoritas para pejalan cinta masih kebingungan akan siapa sebenarnya yang dicintai, orang lain-kah atau sebenarnya hanya dirinya sendiri? Oleh karena itu, sengaja saya pakai banyak kiasan dalam rubrik ini agar menciptakan banyak lipatan prasangka yang mesti dimaknai kembali. Karena prasangka itu akan menjadi tirakat terbaik menemukan kesejatian di luasnya samudera kehidupan.

Mungkin ini bukan sesuatu yang nantinya bisa dibanggakan oleh seseorang. Mungkin juga ini bukan sesuatu yang mewah baginya, yang nantinya bisa ia perlihatkan dan tunjukkan kepada orang-orang terkasihnya. Namun setidaknya, hanya melalui ini upaya yang bisa saya lakukan dalam segala keterbatasan.

Saya hanya bisa merangkai kata menjadi sekelumit makna yang tak pernah bisa saya sampaikan di depannya. Dalam setiap perjumpaan selalu ada jejak ingatan untuk dirajut menggunakan benang kata. Dengan harapan, agar saya dapat menciptakan kehangatan makna, sebagai tambahan bekal dalam ketidakjelasan arah. Bahkan, dalam ketidaktahuan tujuan.

Terlebih untuk Sang Maha Pemberi Cinta yang menitipkan rasa ini kepadaku, yang selalu menyertai dan membimbing jari-jemari dalam mencipta kata demi kata hingga teruntai menjadi makna, tiada lagi rasa syukur yang bisa terucap saat adanya rasa syukur itu sendiri adalah pemberian-Mu. Bahkan, jika saya habiskan 1 ember tinta selama masa hidupku, semua kata yang tertulis tak lain merupakan manifestasi wujud cinta dan pengabdian seorang hamba kepada Tuannya.

Engkau bukanlah yang pertama-tama harus kusebut, karena kata pertama itu sendiri hanya bermakna jika ada kedua, ketiga, dst. Sedangkan Engkau hanya Sang Maha Tunggal, Ahad, Allahu Shamad. Setidaknya ada 32 Judul yang memang membutuhkan sedikit upaya lebih untuk memahami keabsurdannya yang mencoba menabrakkan stigma ataupun dogma yang tak sengaja telah membangun ketidaktepatan paradigma.

Ini semua tertulis tatkala malam yang hangat (MYH) menyapa sekalipun dalam dinginnya kegelapan. Engkau menjadi sinar, penuntut, penghibur, sekaligus penolongku. Suatu saat, Engkau, dia, ataupun saya sendiri akan mengetahui, jika iman yang dituntut, buah kearifan dan kebijaksanaan yang dirasa tidak akan tega bahkan untuk sedikit saja mengkhianati rindu yang telah dititipkan.

Jadi, jangan harap akan mendapat kebahagiaan ketika mengarungi 32 waktu ini, kecuali sudah siap untuk selalu menahan diri. Dan tidak disarankan bagi yang over mengutamakan cinta kepada diri sendiri. Karena, bagaimana engkau kamu akan mencinta jika engkau tak kenal diri?

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun