Bagaimana imaji bisa menjadi kenyataan? Banyak orang memaknai hal tersebut sebagai mimpi, yang bisa membawa seseorang ke dalam sikap obsesi yang menjadikannya berpikir idealis. Akan tetapi segala bentuk imajinasi tetap membutuhkan pondasi yang kuat agar yang muncul adalah aktualisasi kebijaksanaan, bukan kesembronoan.
Mungkin, karena itu pula aku lebih banyak berburu angan daripada kata. Aku lebih banyak menggali makna, daripada mencoba mendapati sesuatu yang nyata. Dan diantara banyak angan yang kutemui, ada sesuatu yang datang dan pergi tanpa sekalipun aku memiliki kehendak terhadapnya. Engkau seolah menjelma menjadi sebuah manifestasi atas cinta yang selalu ada dan hadir.
Dunia ini mungkin saja merupakan sementara, tapi kita kuga tidak sanggup membuktikan kalau nantinya dunia akan selalu ada. Sama halnya dengan semua imaji yang tercipta, yang datang untuk mengahadirkan rupa. Tak peduli baik atau tidak baik kemasan(kondisi)nya, karena semua cinta yang datang sudah pasti tak pernah lupa membawa keranjang rahmat.
Betul. Cinta. Ribuan bentuk ataupun perubahan atas imajinasi mampu digerakkan olehnya. Jika aku berkata cinta itu sekarang bermanifestasi menjadi dirimu, salahkah jika aku ingin memilikimu?
***
30 November 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI