Esok kita akan menyambut Maulid Nabi Agung, sudahkah kita merasa telah menjadi mukmin sehingga merasa pantas mendapat syafaatnya? Jika ada pertanyaan Selasan siapa, jawabannya pastinya, ini bukan tempatnya orang-orang mukmin.Â
Justru sebaliknya, kami hanya orang-orang yang tidak mengerti. Sehingga selalu dibutuhkan pencarian-pencarian atas cinta yang selalu membelai penuh kelembutan itu. Selasan tak lebih hanya sekumpulan orang yang telah dipalingkan hatinya, daripada mesti mendapat pemahaman doktrin bahwa Selasan merupakan tempat orang-orang mukminun.
Kita masih belum bisa dikatakan beriman, karena kita masih sangat jauh dengan kebijaksanaan. Kita masih suka bingung membedakan antara yang hak dan bathil. Kita masih sulit memahami keadaan dan tidak peka terhadap banyak ayat-ayat yang tidak tertuliskan. Bahkan, kami salah mengira kalau ternyata kami sama sekali tidak cerdas. Bagaimana kita bisa mengaku beriman apabila kita masih sering kehilangan peran Sang Maha Tunggal dalam setiap kejadian?
Oleh karena ketidakmengertian itu, seharusnya kita terus berusaha mencari tahu, berusaha mempelajari agar bisa memahami. Bahkan sepanjang hidup pun kita perlu memegang ketidakmengertian itu agar kita tidak mudah terlalu puas atas capaian-capaian yang mungkin saja menjebak. Dengan ketidakmengertian itu, ternyata Selasan akan memberikan pembelaannya, dengan berbisik, "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung" (At-Taubah:129)
Akhirnya, perjalanan Selasan edisi ke-47 ini selesai sekitar pukul 11 malam. Dan sudah menjadi kebiasaan, acara dilanjutkan dengan saling berbagi apapun itu sehingga membuat malam ini tak lupa memberi keindahannya, melalui makna-makna yang tersirat di dalam setiap pertemuannya.
***
Dusun Pletukan, 27 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H