Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Andai Saja Mengenaliku

26 Juni 2020   15:08 Diperbarui: 26 Juni 2020   14:57 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Raga ini mesti belajar membatasi nikmat agar tidak terlalu terbuai dalam kesenangan yang semu. Raga ini mesti berjalan walaupun hanya kesunyian yang seringkali ditemukan. Menghindari segala pandangan yang menambah semakin banyak potensi-potensi bertambah suburnya angan-angan yang seyogyanya selalu saja mendorong hasrat untuk tidak pernah puas akan sesuatu.

Untuk jujur kepada diri sendiri, terkadang kita mesti menghadapi berbagai prasangka yang berada di luar diri. Kemudian, membela diri bukanlah sesuatu yang mesti dilantangkan ketika mengalami hal tersebut, hanya diam dan biarkan rasa sakit itu menembus hijab-hijab pandangan yang selama ini menutupi. Karena bisa jadi, itu merupakan suatu jalan untuk menemukan kesejatian. Bukankah apa yang selama ini kita anggap "aku" sebenarnya bukanlah "Aku"?

Di dalam segala kenikmatan yang diberikan, seharusnya itu tidak membuat goyah dalam melakukan pengenalan terhadap diri agar lebih mengenal Tuhanmu. Sedangkan segala literasi mayoritas justru hanya mendikte  para pejalan dengan mengatur cara peribadatan dan melakukan amal sebagaimana mestinya. Sedang Ia berfirman, "kenalilah dirimu, maka engkau akan mengenal Tuhanmu."

Tapi, aku ataupun kamu sudah terlanjur memilih berprasangka terhadap apa yang ada di luar diri. Terlalu takut akan luka-luka yang angan berikan saat mencoba verkenalan dengan diri sendiri. Lebih memilih mencari pelarian dengan hanyut akan permainan purba-sangka yang memabukkan. Kalau memang seperti itu, Tuhan seperti apa yang telah kita ciptakan dengan kebiasaan berprasangka kita? Lebih condong dengan sifat yang mana?

Lihat dan perhatikanlah, ketika malam sudah mulai sinis hingga membuat raga menggigil. Entah bagaimana engkau selalu menemani sekalipun raga berusaha berkeliaran mencari pelampiasan? Bagaimana engkau selalu mendatangi sedang raga lusuh penuh ketidakpantasan? Bagaimana mungkin engkau menitipkan kepercayaan, sedang tarekat laku masih memandang yang lain penuh dengan kecurigaan?

Andai kebersamaan itu mudah dicapai, maka perpisahan sudah menjadi hal yang sewajarnya. Andai saja memiliki itu , maka kehilangan tak lagi banyak memberi arti. Andai saja pertemuan itu bisa dengan mudah ditunaikan, maka perasaan rindu tak lagi memberi keindahan dan keikhlasan. Dan Andai saja mencinta itu mudah, maka yang abadi tak lagi menjadi bermakna. Andai saja, Wahai Kasih!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun