Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sipu

20 Juni 2020   20:08 Diperbarui: 20 Juni 2020   20:33 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash/Benjamin-varos

Mungkin ini sebuah pembenaran
Tatkala sunyi menyeruak
Mendengungkan memori yang tak nampak
Jejal dan sesak

Buih kembali terurai
Irama malam seperti biasa melekik
Mungkin itu jangkrik yang sedang ingin cantik
Atau kamu yang sedang terkikik

Layla, apa kabar rindumu kepada Qais?
Lantas, sampai kapan kau terus mengais?
Tuhan, aku takut engkau hanyalah pembenaranku
Atas luka yang terus membeku

Biarlah,
Aku anggap ini sebuah perkenalan
Atas ketidaktahuan caraku tuk menyapamu
Meski harus kusipu malu

Dan meski kau wakilkan pesonamu kepada ketidakjelasan angan
Masih bolehkah aku menyapanya?

***

2 September 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun