Kemudahan akses informasi menjadikan masyarakat terombang-ambing oleh pro dan kontra tentang pegangan nilai yang mesti digunakan di dalam situasi pandemi.Â
Kurang lebih sudah 3 bulan ini berbagai macam aturan dan kebijakan diterapkan oleh pemerintah untuk memutus rantai penyebaran atau setidaknya meminimalisir korban infeksi Coronavirus.Â
Akan tetapi, baik aturan, himbauan, maupun anjuran tidak dapat memastikan keberlangsungan dan keamanan hidup seseorang, terutama dalam hal ekonomi.
Bagi yang mendapat upah tetap bulanan dan masih bisa bekerja dari dirumah, mungkin situasi pandemi ini tidak banyak mempengaruhi gaya hidup atau pola makannya.Â
Begitupun, mentaati berbagai peraturan yang ada bukan menjadi sebuah permasalahan selama lumbung rekening keuangannya terus mendapat suplai yang aman dalam periode bulanan.Â
Namun, bagi masyarakat yang dirumahkan atau mengandalkan hasil kerja harian, tentu saja berbagai penerapan aturan telah membatasi ruang gerak mereka.
Meski mendapat bantuan dari pemerintah bagi masyarakat yang terdampak, apakah bisa hidup dengan mengandalkan bantuan tersebut? Mau tidak mau, segala cara ditempuh demi keberlangsungan hidup, meskipun harus bertabrakan dengan segala peraturan yang ada. Dari sinilah muncul berbagai pegangan prinsip nilai dalam situasi pandemi.Â
Dan biarlah, semua memiliki nilai ijtihadnya masing-masing dalam menjalani hidup. Daripada mudah memberikan prasangka yang lebih banyak menimbulkan potensi gesekan, lebih baik antara yang tetap dirumah dan mesti keluar rumah sanggup saling memberikan doa keselamatan.Â
Dan, saling menghargai dengan menjaga protokol-protokol kesehatan di lingkungan selama kita berada.
Hal pokok yang mesti menjadi perhatian adalah perekonomian. Karena dalam situasi ketidakpastian, keuangan yang menjadi pondasi keberlangsungan dan kemandirian hidup mengalami situasi yang kritis bagi masyarakat yang terdampak. Terlebih bagi mereka yang selama ini memiliki kebiasaan memprioritaskan kebutuhan sekunder daripada kebutuhan primer. Sehingga (merasa) stabilitas sistem keuangan mandirinya terganggu.
Dalam konteks tersebut hal tersebut tidak hanya berlaku pada individu, melainkan juga berlaku pada sebuah perkumpulam atau organisasi, bahkan lembaga-lembaga formal yang lebih besar. Pemetaan dan penghitungan kembali kebutuhan sangat diperlukan demi keberlangsungan hidup di dalam situasi yang tidak pasti.Â