Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menikmati Kebingungan

27 April 2020   15:54 Diperbarui: 27 April 2020   15:47 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terkait dengan kondisi di tengah wabah pandemi ini, seharusnya kita mampu menebak pola-pola informasi yang telah berlalu-lalang di dunia jagad maya. Keresahan dan kecemasan yang diakibatkan oleh pola-pola informasi tersebut, akankah sanggup dibelokkan ke arah positif?

Saya sendiri yakin, setiap manusia pasti sudah mencari banyak bekal ilmu dan pengetahuan yang sesuai dengan kapasitasnya masing-masing untuk menghadapi atau memeluk makhluk Tuhan yang lembut ini. Masing-masing manusia memiliki peran dan fadhillahnya masing-masing untuk ikut berpartisipasi mengurangi keresahan dan kecemasan masyarakat pada umumnya.

Terutama terkait paceklik yang nanti akan menyebabkan penjarahan dan pencurian seperti yang sudah dikhawatirkan oleh media-media pada umumnya. Tapi, sekali lagi, bisakah kita mencoba mengurai faktor-faktor yang menyebabkan paceklik?

Paceklik yang terjadi oleh sebab wabah yang terjadi, apakah karena menurunnya daya beli atau menghilangnya sumber makanan? Kalau menurunnya daya beli, dikarenakan PHK atau menurunnya daya beli atas barang-barang sekunder? Sedangkan, kalau menghilangnya bahan-bahan makanan, apakah sumber penghasil bahan makanan tiba-tiba hilang atau mati karena virus Corona?

Tentu, sudah menjadi tugas para ahli untuk menyedekahkan dirinya untuk kembali mendayagunakan perannya, terlebih bagi merek ayang memiliki pengaruh terhadap suatu wilayah atau organisasi, supaya mengajak bersama-sama untuk saling bahu-membahu memonitor perkembangan daerahnya masing-masing, tidak ada saling lempar kesalahan ataupun berebut kebenaran. Peran pemimpin tersebut disituasi seperti ini sangat dibutuhkan.

Bagi mereka yang mengalami paceklik karena memprimerkan kebutuhan-kebuthan sekunder, sudah pasti mereka hidup berkecukupan. Pemutusan ikatan kerja, beban angsuran, sudah pasti akan menjadi bahan pelajaran bersama. 

Keralaan hati untuk merendahkan diri sudah pasti menjadi solusi yang tepat. Jangan asal tuduh kalau mengemis itu adalah mereka yang tidak mau bekerja keras. 

Meminta-minta merupakan sebuah usaha terakhir yang dilakukan dengan membuang harga diri para pelakunya demi sesuatu yang dicintainya. Atas datangnya Corona, apakah kita sanggup mencoba memetakan gambaran-gambaran simulasi paralel yang berkaitan?

Sadar atai tidak sadar, pada dasarnya manusia hanya mencari ilmu atas dasar keberangkatan pemikiran yang telah dipegang. Sehingga ilmu yang melekat, pada akhirnya hanya sebatas niat masing-masing para pejalan yang mengikatkan diri atas dasar kepentingan-kepentinga tertentu, demi masa depan, demi menolong orang yang dicintai, atau demi menaklukan seseorang. 

Apapun itu, semakin besar ilmu itu mampu melekat, semakin ia akan banyak merendah dan menghindari perdebatan. Terkecuali jika ditanya. Contoh saja, berapa banyak orang sakti di Indonesia yang memiliki ilmu-ilmu spiritual atau kesejatian. Apakah mereka menawarkan diri menjadi ratu adil? Terlebih dalam budaya kejawen, mereka lebih sering menyembunyikan diri.

Keberangkatan akan peran dan fadhillah tersebut nantinya akan sangat berpengaruh bagi perjalanan-perjalanan berikutnya. Bisa jadi, keadaan sekarang baru sekedar sebuah teaser atau trailer film. Tentu ini belum mencapai bagian pengenalan atau munculnya konflik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun