Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perjalanan Spiritual di Tengah Rahmat Corona

13 April 2020   16:23 Diperbarui: 13 April 2020   16:29 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dzikir dan wirid di depan makam Syaikh Subakir, Gunung Tidar, Magelang. (dokpri)

Bisa jadi, ini merupakan sebuah peristiwa yang juga sering ditegaskan oleh Mbah Nun dalam lingkaran-lingkaran sinau bareng. Dengan mengutip ayat Al-Maidah 54,"... kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya... ." Lalu, adakah dalam peristiwa corona ini, kita sendiri memiliki kriteria biqawmin yuhibbuhum wa yuhibbunahu tersebut?

Apakah Sabdo Palon bisa jadi datang untuk kembali mengingatkan para penghuni Jawa yang telah kehilangan kriteria-kriteria mencintai Gusti Pangeran? Atau sosok yang sering juga disebut sebagai Badranaya atau Nyantaka yang sering dicitrakan sebagai seorang abdi yang telah diberi mandat menjaga kedaulatan tanah jawa tersebut, datang memberi peringatan "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" (Al-Ankabut: 2)

Seolah-olah para penghuni itu tidak bisa lagi berlama-lama menyembunyikan kesombongannya ataupun kesembronoannya. Seolah-olah para penghuni Jawa bahkan dunia, dengan datangnya corona atau pandemi ini hanya kembali lagi ingin diberi peringatan agar tidak kegeden rumongso. "Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta."

Tanpa mengesampingkan faktor rasionalitas selama perjalanan untuk tetap saling mengamankan dan saling menjaga selama perjalanan, sepertinya rasa takut terhadap pandemi meski ditempatkan di tempat yang bukan biasanya khusus dalam perjalanan kali ini. Terlebih, sudah ada ijin dan konfirmasi kepada Mbah Nun sebelumnya.

Mengingat masih ada penjaga yang menunggu di bawah, kami pun lekas turun sekitar pukul 23.00 agar tidak terlalu lama menunggu kami. Tidak terlalu banyak harapan dari kami selain apa yang telah dilakukan merupakan wujud ikhtiar agar segala apa yang dianggap masalah segera teratasi, atau apa yang dianggap bencana segera berakhir. Kalaupun ternyata itu adalah bagian dari rahmatMu yang telah tertulis, semoga kami selalu diberikan kesempatan untuk belajar mencintainya, bahkan membalas pelukannya. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun