Entah ada acara apa hingga kerumunan orang seakan menyempatkan diri untuk datang di Alun-Alun Purwokerto. Atau mungkin karena malam itu adalah malam minggu, yang menjadi waktu yang tepat bagi mayoritas manusia untuk rehat ataupun mencari pelarian setelah kepenatan rutinitas sehari-hari. Beruntung, cuaca agaknya sudah mulai bersahabat, sekalipun tanah masih meninggalkan jejak guyuran hujan yang belum lama usai.
Namun, tujuan saya hanyalah Pendopo Wakil Bupati Banyumas untuk dapat merasakan suasana belajar bersama saudara/i Juguran Syafaat, salah satu simpul maiyah yang berada di kawasan Purwokerto/Banyumas.Â
Berhubung perjalanan ini baru pertama kali, ternyata keberadaan "Pendopo Wakil Bupati" di mesin pencarian Mbah Google Maps terdapat lebih dari satu tempat. Mungkin, memang saya sendiri disuruh untuk berkeliling sejenak menikmati suasana malam kota Purwokerto terlebih dahulu.
Walaupun pada akhirnya saya menyerah dan meminta salah satu kerabat yang sudah berada di lokasi untuk shareloc. Ternyata lokasinya memang tak jauh dari pusat kerumunan orang-orang yang sedang mencari penghiburan tadi. Satu baris parkir motor yang nampak masing renggang, beserta jamaah yang sudah siap dengan amunisi kopi yang telah disediakan panitia menjadi pemandangan umum melingkar di rutinan simpul maiyah.
Semakin larut, barisan motor itu nampak mulai penuh dan uniknya mayoritas yang datang ke majelis ilmu ini adalah generasi milenial alias muda-mudi. Generasi milenial yang sedang mencari pelarian dengan lebih memilih untuk menghadiri acara berkonsep sinau bareng daripada panggung megah di pusat kota itu nampaknya sedikit membuat saya sendiri terkesima. Setidaknya, masa depan daerah ini masih ada penyeimbang  yang memperjuangkan atau ngruwat nilai-nilai kehidupan dengan kesederhanaan.
Di Juguran Syafaat sendiri, malam ini adalah acara rutinan bulanan mereka yang ke-81 dengan tema "Warisan DNA". Sekilas membaca mukaddimah yang tertera di buletin, warisan DNA itu sendiri tentang manusia-manusia sebenarnya menginginkan perubahan, sekalipun hasil yang diperoleh terkadang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan atau direncanakan. Akan tetapi, manusia kurang lebihnya telah berinvestasi untuk dapat mewariskan DNA berisi informasi yang lebih lengkap mengenai rumus-rumus perubahan.
Sebelum membahas tema, ada sedikit oleh-oleh cerita dari Mas Hilmi setelah beberapa minggu kemarin ikut agenda rihlah ke tanah Mandar. Agenda yang dilaksanakan atas dhawuh Simbah tersebut bertujuan untuk menyambangi saudara tua yang tinggal di Mandar. Selain itu, napak tilas dan mencari lebih banyak informasi juga secara tidak langsung menjadi misi Mas Hilmi untuk dapat mengetahui apa saja yang telah dilakukan Mbah Nun selama di Mandar.
Beberapa kesimpulan catatan diantaranya telah benyak dimuat di situs resmi caknun.com atau di website resmi simpul dari masing-masing peserta rihlah. Secara kebetulan, saya berjumpa dengan buah hati yang ternyata dimuat dalam buletin Juguran Syafaat edisi bulan Desember.Â
Saya juga kemudian dipaksa Mas Rizky untuk menyampaikan beberapa oleh-oleh dari Mandar. Kalau saya mengetahui ternyata ada buah hati yang sudah tertulis, mungkin saya akan menceritakan bagian yang lain, selain negeri tarhim, ziaroh, maupun keberkahan silaturrahmi selama di Mandar. Mengingat begitu banyak berkah yang diterima yang seolah tak terputus oleh waktu.
Salah satu yang berkesan ketika kami pada waktu itu menantakan tentang 'impact' terhadap kehidupan kepada salah satu saudara di Mandar. Dan jawabannya adalah sebuah pesan dari Mbah Nun kepada saudara-saudara Mandar pada waktu itu yang menyatakan bahwa hidup kalian nanti tidak akan berlebihan, tapi berkecukupan. Tentu bukti yang nampak di kehidupan sekarang tetap diiringi dengan keluasan cara pandang melihat kebelakang atau dilandasi latar belakang yang valid.
DNA itu adalah Maiyah!