Mereka pun terhenti, seolah Tuhan sengaja menyiapkan kejutan bagi mereka manusia-manusia yang tersayang. Yang selalu berjalan mencari tujuan dengan segala fasilitas kemudahan yang didapat selama ini. Bahwasanya perang besar atau sebuah pertempuran melawan diri sendiri akan disajikan tepat dihadapan mereka masing-masing. Bahwa kamu akan diajak ke dalam keadaan dlu'afa secara kebatinan, bukan secara materialistik yang selama ini mereka citrakan.
Manusia-manusia itu ternyata tak lebih dari serang fakir yang lebih fakir dari mereka yang dianggap dlu'afa. Mereka seolah mengenal Tuhan namun selalu banyak lebih meminta perhatian kepada manusia. Sekalipun dengan menjual ataupun mengobral kalimat-kalimat kebaikan. Inilah keserakahan yang memakan keserakahan, kepintaran yang melenyapkan kepintaran, yang lalai dalam sekalipun mereka tersungkur luruh dalam sujud kepasrahan.
Lalu, mereka akan kembali diberi pertolongan. Manusia itu mulai akan berjalan menyusuri kesunyian. Manusia-manusia itu akan belajar mengenal biji mangga yang pahit. Bahwasanya, mereka selama ini hanya dihadapkan dengan kulit dan daging buah mangga. Manusia-manusia itu akan belajar tidak hanya untuk mencicipi rasa manis, akan tetapi akan belajar tentang bagaimana menciptakan rasa manis. Lalu, menghilang.... Dan selamat menikmati kehilangan yang juga gitu-gitu juga. Namun sungguh beruntung mereka dalam keterasingan yang mengasingkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H