Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Zaman Edan, yang Dianggap Bodohlah yang akan Menjadi Pemimpin

18 September 2019   16:22 Diperbarui: 18 September 2019   17:28 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Iki zaman, zamane zaman edan 
Iblis setan keilangan panggawean 
Iki zaman, zamane zaman edan 
Mangan lemper, dibeset metu setan

Iki zaman, zamane zaman edan 
Seng edan ora kuat banjur edan 
Iki zaman, zamane zaman edan
Lungo haji malah dibandem setan

"Tembang Setan yang pernah dipentaskan dalam teater Tikungan Iblis diatas, karangan Emha Ainun Najib atau sering kita kenal Cak Nun"

Sejenak kita maknai lirik di atas sangat cocok dengan keadaan zaman sekarang. Di mana zaman sudah terlanjur gila tanpa arah dan tujuan yang jelas. 

Seakan kejeniusan manusia membuatnya berinisiatif melakukan pekerjaan setan tanpa harus digoda-goda lagi oleh bisikan setan. Sehingga para setan pun mulai kehilangan pekerjaan utamanya untuk menggoda manusia.

Lantas mengapa keadaan bisa menjadi seperti ini? Apakah itu hanya perspektif kita yang menganggap negatif atau su'udzon kepada saudara-saudara kita? 

Kacamata apa yang kita pakai sehingga menimbulkan perspektif sedemikian rupa? Ataukah ini memang skenario Tuhan agar kita bisa saling bermesraan? Atau jangan-jangan apa yang kita rasakan hanyalah sebuah istidraj? Mengapa kita sebegitu cemasnya sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan ini?

Kejahatan akan terlihat sangat janggal jika tidak ada kebaikan, pun sebaliknya. Makna kejahatan yang selalu timbul sengaja diciptakan untuk membuktikan kalau Tuhan Maha Pengampun. Karena kita sebagai manusia pun tidak akan pernah luput dari yang namanya khilaf atau dosa. 

Sehati-hatinya kita pasti akan terpeleset juga. Dan ini bukan masalah kesalahan atau tindakannya, akan tetapi semata-mata hanya karena kita lebih diajarkan sikap syukur, ikhlas, tawadhu', dan selalu bermuhasabah terhadap diri sendiri.

Andai kita bayangkan semua keadaan ini tidak edan, kesempatan kita untuk memaknai kebaikan pasti akan sangat sempit. Pengetahuan kita tentang meminta maaf dan memberi maaf akan sangat kecil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun