Sepertinya supporter kita saat ini sedang mendapatkan masa hukuman untuk terus berpuasa kemenangan. Tulisan "F*CK YOU LOSER" yang ditujukan untuk meruntuhkan mental lawan ternyata berbalik arah menikam dirinya sendiri. Meski sempat unggul 2-1, namun pada akhirnya timnas mesti dipaksa menyerah dengan skor 2-3 alias kena comeback.
Saya sendiri merupakan pencinta olahraga sepakbola dan sudah pasti menjadi bagian dari pendukung setia timnas Indonesia dari era Hendro Kartiko sampai Bagas Bagus. Beberapa tahun kebelakang, saya sudah mulai tidak bisa terlalu menikmati persepakbolaan dalam negeri.Â
Bahkan, datang ke stadion untuk menonton sebuah pertandingan resmi pun, seingat saya baru dua kali seumur hidup. Yang pertama ketika waktu masih Sekolah Dasar di Stadion Abu Bakrin, Magelang. Yang kedua, menonton final AFF Leg pertama timnas Indonesia VS Malaysia. Entah kenapa tidak ada niat yang tinggi untuk menyaksikan sebuah pertandingan di stadion.
Apakah sudah pantas Indonesia menang? Tanpa mengurangi rasa hormat saya sediri terhadap seluruh pihak yang mencari penghidupan di dunia olahraga paling favorit ini. Jujur saja, saya rasa jika keadaannya terus seperti ini alangkah baiknya jangan harap kepada kemenangan.Â
Tentu ini menjadi tantangan tersendiri bagi para generasi muda yang sudah mulai berkecimpung dalam dunia persepakbolaan. Hanya hagemoni dan keuntungan yang diutamakan daripada benar-benar membangun persepakbolaan yang layak untuk dinikmati dan dinanti.
Supporter yang katanya jadi pemain ke-12 yang seharusnya mendukung tim sebaik-baiknya, selalu justru melakukan tindakan ceroboh yang justru kerap merugikan tim yang didukungnya. Saya kerap tidak habis pikir dengan perselisihan antar supporter yang kerap terjadi.Â
Jangan katakan hal tersebut lumrah atau itu urusan harga diri. Saya katakan sebenarnya itu adalah hal yang tidak penting, kalian hanya terlalu fanatik kepada komunitas kalian. Kalian hanya ingin diakui sebagai sebuah kelompok. Karena pada akhirnya eksistensi kalian diakui lebih sebagai kelompok daripada mesti kalian lakukan sendiri.
Jika kalian sudah terlalu cinta dan bangga terhadap kelompok supporter kalian. Jagalah integritas tersebut dengan sesuatu yang lebih bermanfaat. Jadikanlah setiap match yang akan diadakan pada partai kandang seperti sebuah hajatan atau kenduri, hingga terbentuklah sebuah nilai pandang jika para tamu tim tandang yang akan datang akan kita suguhi kenikmatan dan kenyamanan, meskipun dengan cara yang sederhana.Â
Jadikanlah para tamu itu merasa aman ketika datang ke tempat manapun. Dari pada saling caci dan berkelahi, bukankah lebih baik untuk saling memahami? Dari pada memutus, bukankah lebih baik untuk menyambung tali silaturrahmi?
Kalau masalah supporter selesai, saya kira baru bisa mulai berharap kepada persepakbolaan Indonesia. Kalau sudah saling cinta, kemenangan ataupun kekalahan bukan menjadi poin utama lagi dalam persepakbolaan. Karena mereka sudah lebih mengutamakan pada keindahan daripada kerusuhan.Â
Mereka lebih memilih untuk kebersamaan membangun, daripada saling sikut demi puncak eksistensi yang akhirnya justru berdampak pada mentalitas para pemain timnas.