Allah, Allah. Allah, Allah.
Maalanaa maulan siwallah.
Kullama naadaita yaa Huu,
Qolayaa 'abdi anallah.
Bait tersebut seakan mengiringi perjalanan dalam menyiapkan persiapan Milad Maneges Qudroh yang ke-8. Persiapan yang hanya dipersiapkan kurang lebih 10 hari, dari awal pertemuan tanggal 26 Januari sampai hari acara ini seperti sebuah kemungkinan yang cukup mustahil. Mengingat kami hanyalah sebuah simpul sederhana di sudut Kabupaten Magelang. Namun ke-istiqomahan sepertinya menjadi senjata andalan bagi kami. Di dalam setiap relung jiwa para penggiat seakan terpancar cahaya yang memanggil-manggil Allah. Dan Allah seakan memberikan jawaban dengan kelancaran persiapan acara ini.
Memang begitu adanya. Sebuah acara tanpa sponsor , dengan dana yang masih sangat terasa jauh dengan kata cukup untuk menyelanggarakan sebuah acara seperti ini pun dengan tenggat waktu yang singkat sepertinya memang butuh 'kenekatan'. Dentuman akan panggilan tersebut tak henti-hentinya bergumam setiap hari. Tentu hal tersebut sangat wajar jika sebuah rasa khawatir pasti akan menyeruak. Â Tapi, sepertinya hanya ketenangan sepertinya yang tampak pada wajah-wajah penggiat ini. Seakan mereka mendapat jawaban, "Wahai hamba-Ku, Aku lah Allah!"
Bukan sebuah kata-kata belaka jika melihat keseharian persiapan acara ini. Sebuah acara yang memang didasari atas kecintaan di satu jalan yang sama dibalik sebuah lingkar paseduluran. Sebuah ruang yang memang dilandasi atas dasar kecintaan kepada Allah dan kekasih-Nya yang bernaung di bawah kata 'maiyah'. Melalui Mbah Nun pula yang selalu mengisi ruang tersendiri di hati kami. Hanya lantunan sholawat Kiai Kanjeng tak hentinya menggema di tempat persiapan acara tersebut.
2 hari setelah pertemuan tersebut, muncul muqadimah acara yang bertema 'Mulat Saliro'. Ada sedikit perbedaan sedikit antar penggiat. Mengenai kata 'Saliro' apa 'Sariro'. Namun, perbedaan pendapat tersebut seakan menjadi pertanda jika banyak yang memperhatikan walaupun hanya 1 huruf. Detail kecil pun ternyata banyak yang memperhatikan. Di sisi lain, bagian pemegang keuangan juga selalu share laporan kas karena dana yang ada masih sangat jauh dari kata cukup.
Bagian poster pun dituntut untuk lebih berkonsentrasi karena deadline seminggu sebelum acara. Dan target pun tampak terpenuhi pada tanggal 30 Januari. Semua sangat serius terhadap pembagian tugas masing-masing. Tapi, hal tersebut tidak membatasi untuk selalu memberi masukan kepada bagian lain. Karena sudah seharusnya prinsip kebersamaan tetap berlaku. Bahkan anak-anak pun ikut membersihkan halaman Omah Maneges.
Tanggal 1 malam pertemuan kedua diadakan. Walaupun sudah mencoba merangkul banyak penggiat biar bisa menambah daya untuk 'nggelar kloso', namun sepertinya tak ada yang menanggapi. Dan sedikit sandiwara di grup Maiyah Magelang gagal. Ini sebuah pengakuan kejujuran yang terlambat. Mungkin para jamaah yang lain masih pada malu untuk ikut berkumpul bersama. Mau tidak mau, H-4 ini semuanya harus dibahas sampai tuntas. Dari masalah teknis sampai non-teknis. Sekitar 20-an penggiat hadir untuk menuntaskan segala yang dibutuhkan malam itu. Sampai akhirnya dipungkasi kurang lebih Sabtu dini hari pukul 01.00.