Beberapa puisi yang sangat pragmatis dibawakan oleh beberapa narator. Mengubah keriuhan menjadi keheningan atas suara lantang para pembawa puisi itu. Pemandangan raut muka para hadirin yang terguyur terangnya cahaya bulan dan bintang menambah syahdu pementasan hiburan puisi malam itu. Setelah lampu sorot dan lampu panggung padam, hingga benar-benar tersisa temaram dalam larutnya malam. Lantunan lagu Shohibu Baiti menjadi pemungkas acara syawalan ini. Doa pun tak lupa dilantunkan lalu dilanjutkan saling bersalaman antar semua pihak pada malam itu.
Andai saja, acara-acara silaturrahmi seperti ini lebih banyak terselenggara. Bukan tidak mungkin, perselisihan yang ditimbulkan akibat perbedaan pilihan atau pendapat akan sangat bisa diminimalisir. Cinta dan kegembiraan yang tercipta selalu terbalut tanpa memandang identitas tiap individu yang terlibat.
Rambeanak, 15 Juni 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H