Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemimpi(n) Teraniaya Sunyi

1 Maret 2019   11:31 Diperbarui: 1 Maret 2019   13:06 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam mencari ilmu, kita mendapatkan mandat untuk mencari ilmu itu sampai ke negeri Cina. Tapi terkadang, kebanyakan dari kita memandang perintah itu terlalu konseptualis. Entah itu dari predikatnya ataupun tujuan dari objek ujaran dalam mencari ilmu itu sendiri. 

Secara geografis 'negeri Cina' terkesan sangatlah jauh dari kita. Akan tetapi, hal tersebut dapat dengan sekedip mata kita wujudkan asal terdapat kemauan serta usaha dalam mencari ilmu.

Terlebih dalam ngangsu kawruh itu kita mesti radikal terhadap diri sendiri. Kita mesti egois walaupun mesti membungkusnya dengan kata silaturrahmi. Pada akhirnya, sebuah perjalanan untuk mencuri ilmu terasa lebih santai. 

Disini, kata mencuri itu sendiri diambil karena dalam proses mengambil ilmu perlu presisi perhitungan jarak dan waktu yang tepat. Tanpa sebuah perhitungan, proses itu akan terasa berat. 

Terlebih kalau sampai ketahuan mencuri. Kelelahan dan mungkin efek jera untuk mencari ilmu akan menyeruak ke seluruh tubuh. Jika itu terjadi, kita jangan pernah menyalahkan sebuah proses, akan tetapi tanyakan kepada diri kita, apa yang salah?

Sebuah analogi itu penting untuk mempermudah akal kita mengubah sesuatu hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Kita bisa melipat ruang dan waktu menembus batas kewajaran, kita bisa berintim dengan semesta, bahkan dengan analogi, kita bisa membayangkan surga tanpa sekalipun kita pernah menginjakkan kaki disana. Sampai nanti kita bertemu dengan pertanyaan sebenarnya kita ini melakukan perjalanan atau memang sudah diperjalankan?

Sama halnya kesempatan 'mencuri' malam hari itu ada yang mengarahkan ke suatu tempat di sudut Solo Baru. Sebuah ruang dimana beberapa orang berkumpul menghabiskan malam bermesraan. Memerankan sesrawungan sembari mengulik ilmu bersama-sama. 

Yaa, dalam bingkai nama 'Suluk Surakartan'. Bagi yang masih asing mendengar nama ini, Suluk Surakartan adalah suatu simpul Maiyah yang ada di daerah Solo. Pada tanggal 22 Februari ini, acara yang terselenggara sebulan sekali tersebut telah memasuki edisi ke-37 dengan mengangkat tema 'Pemimpi(n)'.

"Apakah sebenarnya kta memang pemimpin apa kita hanya seorang pemimpi?" Pemimpi adalah salah satu khas yang paling menonjol untuk membedakan manusia dengan makhluk ciptaan-Nya yang lain, bukanlah akal. 

Akal tak lebih hanya sekedar sebuah pembelaan secara tidak langsung atas ketinggian derajat kita atas makhluk lain. Setiap makhluk diberikan akal oleh Tuhan dengan takarannya masing-masing untuk bertahan hidup atau berkembang biak. Manusia pun demikian, hanya saja manusia diberikan angan untuk menjadi seorang pemimpi. Bagaimana mereka diberikan kemampuan berimajinasi dan mewujudkannya melalui usaha mereka.

Pemimpi erat kaitannya dengan panguripan/keberlangsungan hidup. Tentang keberlangsungan hidup, kemapanan. Baik secara ekonomi ataupun dengan melihat taraf tingkat kesejahteraan hidupnya jika  dibandingkan dengan peradaban. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun