Mohon tunggu...
Healthy Pilihan

Waspadai Penyakit Jantung Bawaan, Kenali Gejalanya

11 Februari 2016   07:18 Diperbarui: 11 Februari 2016   07:23 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap tahunnya, selama satu pekan mulai tanggal 7 hingga 14 Februari, dunia kesehatan global memperingatinya sebagai "Congenital Heart Defect Awareness Week" atau secara harfiah berarti "pekan kesadaran penyakit jantung bawaan". Secara terminologi, kelainan bawaan atau kongenital berarti kelainan yang didapat semasa atau sebelum kelahiran, sedangkan penyakit jantung bawaan  sendiri merupakan suatu abnormalitas pada struktur dan fungsi jantung yang sudah didapatkan sejak bayi baru lahir. Masyarakat awam sering menamai kelainan tersebut dengan istilah "jantung bocor".

Dewasa ini, penyakit jantung bawaan mendapat perhatian khusus karena angka kejadiannya yang cukup tinggi dan cenderung meningkat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Statistik menunjukkan bahwa di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 125 kelahiran hidup menderita penyakit jantung bawaan, serta seperempat bayi dengan penyakit tersebut jatuh dalam kondisi kritis. Penyakit ini juga yang paling sering ditemukan serta menjadi penyebab utama kematian pada bayi dengan kelainan bawaan, dengan rasio 87 per 411 kelahiran hidup dengan kelainan bawaan. Di Indonesia juga tidak jauh berbeda. Sekitar 8 dari 1000 kelahiran hidup terdiagnosis dengan penyakit jantung bawaan atau dapat dikatakan terdapat 32.000 bayi lahir dengan kelainan jantung tiap tahunnya. Dari statistik tersebut, rata-rata usia bayi terdiagnosis penyakit ini terbanyak pada usia di bawah 1 bulan.

Bahaya utama yang dapat ditimbulkan dari penyakit tersebut adalah kurangnya suplai oksigen dalam darah yang dihantarkan ke seluruh tubuh karena pada kasus tertentu, darah yang kaya oksigen akan bercampur dengan darah yang miskin oksigen, dan pada kasus lainnya pompa jantung menjadi tidak optimal sehingga jumlah darah yang didistribusikan ke seluruh tubuh menurun. Seluruh organ tubuh kita, terutama otak, sangat membutuhkan oksigen. Apabila kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, akan terjadi kerusakan permanen dan dapat menimbulkan kematian.

Kendala-kendala dalam menangani penyakit ini khususnya di Indonesia adalah tingginya biaya pemeriksaan dan operasi, terlambatnya anak terdeteksi penyakit ini, serta jumlah dokter spesialis jantung khusus anak yang tidak sebanding dengan jumlah kasus penyakit ini. Dikatakan bahwa dokter spesialis jantung anak di Indonesia berjumlah sekitar 50, sehingga baru sekitar 2.500 bayi yang dapat ditolong dengan prosedur pembedahan. Lantas, apa yang kita bisa lakukan sebagai masyarakat awam untuk membantu mengatasi kendala tersebut?

Yang terpenting yang bisa kita lakukan adalah kita dapat lebih aware terhadap penyakit ini dengan mengenali gejala-gejalanya. Dengan mendeteksi gejala-gejala penyakit tersebut secara dini, anak-anak kita atau kerabat kita dapat segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat. Gejala-gejala dari penyakit jantung bawaan adalah sebagai berikut:

  1. Gangguan pertumbuhan

    Gangguan pertumbuhan disebabkan oleh kurangnya suplai darah ke seluruh tubuh. Hasilnya, pertumbuhan dan perkembangan anak dapat tidak sesuai dengan anak sebayanya, sebagai contoh anak akan terlambat berjalan. Berat badan anak juga biasanya sukar untuk naik dan bahkan cenderung turun.

  2. Anak menjadi biru

    Biru pada anak timbul akibat saturasi oksigen dalam darah rendah. Gejala yang paling sering ditemukan adalah anak akan mengalami kebiruan pada bibir, wajah, ujung tangan dan ujung kaki saat menangis. Namun, biru pada bagian dalam mulut mempunyai arti yang lebih bermakna untuk mendeteksi gejala penyakit jantung bawaan pada anak.

  3. Mudah lelah

    Dibandingkan dengan teman sebayanya, anak akan mudah lelah serta nafas menjadi cepat pada aktivitas biasa. Anak juga dapat ditemukan sesak dalam keadaan istirahat. Saat menyusu, anak akan tampak berkeringat, sesak, sering berhenti, serta menyusu lebih sedikit.

  4. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Healthy Selengkapnya
    Lihat Healthy Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun