penulis. Pembawaan bahasa yang sangat halus seakan ketika beliau mengetik benar-benar tulus dari hati untuk memotivasi sang pembaca. Apa yang beliau rasakan ketikan menulis harus dirasakan juga oleh para pembaca yang ingin menjadi penulis, bahwa menulis harus dari hati yang tulus dan suci. Melihat tulisan beliau membuat saya termotivasi agar ketika menulis, saya harus menceritakan apa yang sedang saya rasakan, emosi apa yang harus saya sampaikan kepada pembaca sehingga para pembaca juga dapat merasakan apa yang saya rasakan.
Kelebihan pada bab ini, saya cukup kagum dengan pembawaan kalimat dan kata-kata yang dibawakan oleh sangKemudian penulis juga memberikan opsi yang bagus, yaitu buatlah tulisan apapun bahkan pengalaman diri sendiri sekalipun. Sebuah tulisan tidak harus berdasarkan sesuatu hal yang logis dan nyata namun bisa juga fiksi maupun pengalaman diri sendiri yang mungkin orang tidak akan menyangka. Hal ini menggugah saya untuk berpikir bahwa menulis bukan hanya jurnal ilmiah, tetapi juga pengalaman diri sendiri bisa dicurahkan dalam tulisan.Â
Bahkan pada bab ini, penulis juga memberikan salah satu artikel pengalaman dirinya ketika pandemi, yang artinya semua bisa dicurahkan dengan menulis. Penggunaan kutipan sederhana sebelum dan sesudah sub-bab juga menarik perhatian saya. Ini dikarenakan kutipannya cukup menjelaskan tentang rangkuman dari sub-bab itu sendiri. KekuranganTidak banyak kekurangan yang dapat diberikan karena menurut saya pun tulisan ini sudah menarik. Namun, perlunya perbaikan pada kesalahan penulisan kata (typo) yang terdapat pada beberapa kata. Hal ini dapat diperbaiki apabila sang penulis ingin mencetak kembali bukunya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H