Foto Jokowi yang sedang duduk santai bersama Menteri Perumahan rakyat Djan Faridz, yang juga pengusaha properti, beberapa hari ini tersebar di jejaring sosial. Dalam kondisi perpolitikan yang normal, mungkin foto tersebut tidak ada istimewanya, mungkin mereka sedang silaturahmi, mungkin mereka sedang ada bisnis bersama, maklumlah mereka berdua adalah sama-sama pengusaha. Namun saat pemilihan gubernur jakarta akan dilangsungkan pada 11 Juli mendatang, foto itu menjadi perhatian banyak orang, karena memang Jokowi saat ini sedang mencalonkan diri menjadi gubernur Jakarta. Ditambah lagi dengan pemberitaan sebelumnya di majalah Tempo yang mengungkap keterlibatan Djan Faridz dalam pencalonan gubernur Jakarta, bukan hanya dengan satu calon, tapi dua, dan Jokowi adalah salah satunya. Foto itu membuktikan kedekatan Jokowi dengan Djan Farid, yang dalam laporan majalah Tempo dituliskan bahwa Djan Faridz bersama Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto, datang menemui Megawati untuk meminta agar PDI Perjuangan memajukan Jokowi sebagai calon gubernur Jakarta. Megawati akhirnya memilih menerima tawaran tersebut. Dan begitu juga dengan Basuki Tjahaja Purnama, atau biasa dipanggih Ahok. Prabowo meminta Ahok untuk menemani Jokowi sebagai wakil gubernur. Selain mantan ketua PBNU Jakarta, dan sekarang menjadi menteri perumahan rakyat, Djan Faridz bukanlah orang baru di di Jakarta, penguasaha properti tersebut pada tahun tahun 2004, memimpin renovasi besar-besaran pasar tekstil Tanah Abang, yang mengudang kontroversi terkait transparansi pengelolaan dana. Selain itu, di tahun 2000, Indonesian Corruption Watch pernah melaporkan sang raja properti tersebut telah menerima uang secara tidak transparan, untuk pembangunan tenaga listrik.Mungkin ia merasa perlu mengamankan bisnisnya dengan mensponsori pasangan Jokowi – Ahok yang dinilai memiliki peluang dengan suksesnya pencitraan kedua pasangan di kalangan masyarakat awam. Dan kalau nantinya Jokowi terpilih menjadi gubernur Jakarta yang baru, bukan tidak mungkin ia akan tersandera dengan kepentingan orang yang telah memodalinya menjadi gubernur. Alhasil, Jakarta tidak akan menjadi Jakarta yang baru, tapi tetap menjadi jakarta yang selau berorientasi kepada kepentingan para penguasa dan pengusaha.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H