Sengkuni Sang Ahli Strategi
Dengan begitu banyaknya stigma negatif yang ditujukan pada ksatria plasajenar ini maka rasanya perlu untuk didiskusikan dari berbagai sudut pandang berbeda tentang apa yang terjadi. Jujur menurut hemat saya Sengkuni adalah ksatria hebat dan ahli strategi. Andai Sengkuni dianggap penjahat Ngastino saya sungguh masih sangat ragu dengan motif dia sebenarnya apa. Bagi Duryudana dia tidak sekedar penasihat tapi dia juga seorang paman (Adik Gendari, karena itu bisa dibilang bukan pamannya Pandawa). Dia sendiri bukannya seorang miskin. Dia pewaris tahta plasajenar. Dengan kata lain motif uang sepertinya kurang pas. Mungkin kekuasaan. Tetapi mengingat usia dan posisinya saat itu sepertinya tidak mungkin. Kalo dia ingin merebut tahta tentunya dia sudah menggalang tentara dan kongsi dengan kerajaan lain. Tapi ini tidak. Belum lagi merebut tahta artinya akan head to head melawan Bhisma, Salya, Durna, Karna, yang jelas kesaktiannya jauh melebihi dirinya.
Apalagi melihat kontribusinya yang luar biasa dalam menyingkirkan pandawa yang saat itu membangkang pada Ngastino. Taktik perjudian yang sangat berhasil itu adalah buktinya. Dia juga berani masuk arena pertempuran. Seingat saya dalam formasi garuda ngleyang dia memimpin di bagian sayap (sayap males ngecek formasi perang yg mana..he..he..). Dia pula yang selalu berhasil nggembosi taktik krisna. Tentu saja bagi Pandawa dia adalah yang paling brengsek karena otak Ngastina kebanyakan adalah dia. Loyalitasnya jelas total pada Ngastina. Bandingkan dengan para ksatria Ngastina yang lain. Semuanya setengah hati. Bhisma kakek pandawa. Salya adalah paman Nakula Sadewa. Karna adalah kakak pandawa. Durna adalah guru pandawa. Tentunya mereka jelas setengah hati membunuh pandawa. Andai Bhagavad gita dinyanyikan oleh pihak korawa maka para ksatria ini dijamin akan mampu menggasak pandawa dengan mudahnya. Ingat Seorang Salya saja dengan candrabhirawa dijamin mampu habiskan Pandawa. Begitupun dengan Bhisma Durna ataupun Karna. Andai tiada keraguan di hati pastilah habis itu Pandawa.
Lantas apa keraguan hati para senapati Kurawa itu tidak terbaca oleh sang ahli strategi Sengkuni? Tentu saja terbaca. Karena itu Sengkuni juga banyak memainkan manuver yang menyebabkan para ksatria tersebut tetap mau maju ke medan perang. Lantas kenapa Korawa tetap kalah? adakah Krisna tetap lebih jago dalam strategi? menurut saya tidak. Dalam perspektif intelejen menurut saya yang menjadi berat adalah Duryudana bunuh diri dan mengorbankan kerajaan dan ksatrianya. Kenapa? Dengan kehebatannya Sengkuni sudah mampu mendeteksi adanya kebocoran informasi. Tidak mungkin Ngastino yang hebat dikalahkan negara ecek2 yang baru dibangun di tengah hutan. Yang nyaris tanpa didukung jagoan perang. Apakah Sengkuni tahu siapa yang membocorkan rahasia? jawabannya iya. Tapi Duryudana tidak lekas bertindak. Karena pembocor rahasia adalah justru istri Duryudana sendiri, Banowati. Banowati yang mengkhianati Duryudana dengan cara berselingkuh dengan Arjuna. Omong kosong jika Arjuna yg kenyang akan perempuan ini mendekati Banowati tanpa mencari informasi tentang kekuatan korawa. Dan tentu saja begitu rahasia terbongkar maka perang pasti kalah. Perang pada dasarnya adalah perang intelejen ato mata2. Siapa yang memenangkan informasi dijamin memenangkan perang. Dan disinilah titik kekalahan korawa. Bukan gara2 Sengkuni. Sengkuni adalah ahli strategi. Ksatria hebat yang jago strategi dan berani maju perang. Mati secara ksatria pula. Kalo anda marah akan perilaku Sengkuni mempermalukan drupadi, anda harusnya jauh lebih marah melihat arjuna menyelingkuhi istri Duryudana.
Mungkin informasi saya kurang? anda ada informasi intelejen lagi terkait sengkuni? mari berbagi. Rahayu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H