Mohon tunggu...
Muhammad TaufanGemilang
Muhammad TaufanGemilang Mohon Tunggu... Mahasiswa - IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

seorang pelajar yang selalu berusaha untuk bermanfaat untuk orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merah Putih Memanggil, Pemuda Harus Berperan Bukan Baperan

14 November 2022   09:08 Diperbarui: 14 November 2022   09:18 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Namun, bukan hanya sekedar bencana alam saja yang silih berganti membuat banyak tangisan di awal tahun 2021. Melainkan juga karena wafatnya para ulama ataupun orang-orang shaleh yang meninggalkan kita satu persatu, termasuk salah satunya Syekh Ali Saleh Mohammed Ali Jaber meninggal dunia pada Kamis (14/01/21) yang diikuti serta didahului ulama ataupun guru besar lainnya.

Kemudian kita berganti tahun 2022, ternayata Diawal tahun 2022 kita disambut dengan sebuah peringatan alam Kembali yaitu bencana Longsor di Dsn. Sukasari, rt/rw : 03/03, Ds. Ciherang, Kec. Sumedang Selatan, Kab. Sumedang, tepatnya pada hari Sabtu, 15 Januari 2022 Pukul : 16.30 Wib,  Kronologis kejadian : Terjadi Bencana longsor yang di sebabkan oleh curah hujan yang cukup tinggi dari mulai pukul 13.20 s/d pukul 16.00 WIB, mengakibatkan tebing dengan ketinggian -+150 m dan lebar -+80 m Longsor, yang mengakibatkan 2 Hektar sawah tertutup dan sebagian sawah terbawa longsoran serta longsoran menutup aliran sungai Cipongkor yang bermuara di sungai cipeles.

Setelah itu kita tidak bisa lupa akan kejadian yang sangat viral sampai mancanegara yaitu Kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang pada Sabtu (1/10/2022) menelan ratusan korban jiwa. Tragedi itu terjadi usai Arema FC Malang kalah dalam pertandingan sepak bola dari Persebaya.

Setidaknya, sebanyak 130 orang tewas dalam tragedi tersebut dan 180 lainnya mengalami luka-luka per data Minggu (2/10) pagi.

Salah satu kisahnya diajarkan ataupun diceritakan dalam Qur'an surah Al-Kahfi tepatnya tentang kisah Ashabul Kahfi, sekelompok pemuda yang lari ke gua dari kejaran raja yang dzalim dan mereka tetap berpegang teguh pada keyakinan terhadap Agama dan Tuhannya hingga mereka diselematkan melalui pertolongan- Nya dengan dibuat mereka tertidur selama bertahun-tahun sampai lepas pengejaran tersebut. 

Mereka yang hanya diketahui berjumlah 7 orang pemuda tidak diketahui namanya, disitulah peranannya. Bukan tentang soal nama melainkan soal peran yang dilakukan. Memperbanyak usaha dan doa.

Mari melihat Indonesia lebih dekat, keberadaan kita selaku pemuda selalu dibutuhkan oleh sekitarnya. Jika kini waktu-waktunya bencana datang silih berganti menimpa kita, maka kini saatnya untuk mengambil peran menolong mereka. Lantas, peran apa yang bisa kita berikan ditengah duka seperti saat ini? Yuk sama-sama temukan peran.

1. Mengajak Orang-orang Terdekat untuk Ikut Berperan dalam Upaya Melestarikan Lingkungan.

Peruasifitas anak muda di era digital ini sangat memiliki daya yang besar dalam mengajak yang lain terhadap satu isu tertentu yang dikorelasikan dengan satu tindakan. 

Dalam konteks ini urgensinya adalah lingkungan yang mesti dijaga ataupun dilestarikan, mulai dari hal-hal kecil yang bisa kita lakukan dimanapun seperti tidak membuang sampah sembarangan termasuk ke sungai. 

Sampai membuat kampanye besar-besaran baik melalui aksi nyata di lapangan, atau bisa juga melalui media sosial dengan memunculkan tagar tertentu seperti #PrayForIndonesia dan berbagai isu lain. Tindakan kecil yang tanpa kita sadari sangat berdampak pada kenyataan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun