Mohon tunggu...
tatrin
tatrin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - murid

Profil ini dibuat untuk melengkapi tugas Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sikap Fanatisme di Sekolah: Mencari Jalan Keluar

7 Oktober 2024   08:44 Diperbarui: 7 Oktober 2024   09:06 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan di sekolah ada sekelompok siswa yang begitu terobsesi dengan klub olahraga tertentu ataupun circle pertemanan tertentu. Mereka percaya dan yakin bahwa tim mereka, klub mereka maupun lingkup pertemanan mereka adalah yang terbaik dan tidak ada yang bisa menandinginya sama sekali. Siswa-siswi ini yang merasakan hal tersebut, hanya berteman dengan orang-orang yang dianggap setara dan pantas yang bergabung dalam klub tersebut. Ataupun, jika orang-orang mendukung klub yang sama, maka ia akan diterima dalam lingkup pertemanan tersebut. Namun, jika ada teman yang mendukung klub lain, mereka akan mulai untuk mengejek, merendahkan, bahkan mengucilkan orang tersebut dari pergaulan yang menyebabkan perpecahan dan ketidaknyamanan di lingkungan sekolah. Sikap ini dikenal sebagai sikap fanatisme, di mana dapat memunculkan berbagai bentuk kekerasan verbal seperti ejekan, penghinaan bahkan dapat juga dalam berbagai bentuk kekerasan nonverbal atau fisik. Berbagai kekerasan baik secara verbal maupun nonverbal, menciptakan lingkungan yang penuh dengan tekanan, di mana siswa-siswi merasa diasingkan dan membuat mereka merasa tidak aman maupun tidak nyaman.


Fanatisme adalah sikap seseorang yang memiliki keyakinan yang terlalu kuat terhadap suatu hal, seperti agama, politik, hobi, kesukaan atau tokoh tertentu. Orang-orang yang memiliki sikap fanatisme, akan terlalu berlebihan dalam menunjukkan dukungan kepada tim mereka, sampai-sampai menolak untuk menerima orang lain yang mempunyai pendapat maupun pandangan yang berbeda, kesukaan serta hobi yang berbeda. Mereka merasa bahwa hanya kesukaan, hobi, pandangan, maupun pendapat, dll mereka yang benar-benar hebat dan eksklusif, sehingga mereka menutup diri dari pandangan, pendapat maupun hal lainnya dari orang lain. Sikap fanatisme inilah yang akhirnya menghalangi upaya untuk menciptakan lingkungan yang inklusif, aman dan nyaman di sekolah. Selain sikap fanatisme, sikap fanatisme juga mempunyai keterhubungan yang erat dengan sikap eksklusivisme. Disaat suatu kelompok merasa mereka yang paling benar dan sangat membanggakan kesukaan, hobi ataupun lainnya dan membatasi orang untuk bergabung dengan mereka, sehingga mereka dapat disebut sebagai orang yang bersikap fanatisme dan eksklusivisme. 

Sumber: https://www.orami.co.id/magazine/sikap-fanatisme

Sikap fanatisme ini, tentunya dapat diatasi dan dicari solusinya agar dapat teratasi dengan baik terutama dalam lingkungan sekolah. Sikap seperti ini memang sering kita jumpai, namun seringkali tidak disikapi oleh pihak sekolah, entah karena pihak sekolah menganggap hal tersebut bukan masalah yang cukup besar untuk dibicarakan, pihak sekolah tidak peduli, dan sebagainya.


Langkah-langkah yang menurut kami paling tepat dalam pemecahan masalah berdasarkan data yang telah kami cari dan temukan dalam permasalahan sikap fanatisme adalah pastinya data harus dikumpulkan dulu, baik dari observasi guru, laporan siswa, dan konseling terkait interaksi sosial, pertemanan dan insiden diskriminasi di sekolah. Setelah dilakukannya hal tersebut, kita perlu untuk menganalisis data lalu mulai memilah dan menentukan mana siswa-siswi maupun kelompok yang terlibat dalam sikap fanatisme atau perilaku fanatik tersebut. Lalu, kita perlu untuk mengkaji bagaimana pengucilan, sikap fanatisme, diskriminasi dan perilaku fanatik itu mempengaruhi lingkungan sekolah dan sekitarnya serta dampak yang ditimbulkan kepada siswa/siswi yang menjadi korbannya. Berdasarkan hasil analisis dan pengkajian yang telah dilakukan, ambil tindakan tegas atau terapkan kebijakan sekolah untuk menangani kekerasan maupun diskriminasi serta sikap fanatisme yang dapat mengganggu orang lain tersebut. Setelah diterapkan dan diambilnya tindakan tegas, lakukan monitoring dan pantau secara berkala agar tidak ada terjadinya lagi hal-hal dari sikap fanatisme maupun perilaku fanatik yang merugikan dan mempengaruhi lingkungan sekolah dan sekitar menjadi negatif dan buruk.


Adapun beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi sikap fanatisme di sekolah, di mana akan melibatkan berbagai pihak termasuk siswa, guru, staf, dan orang tua. Solusi pertama adalah mengadakan pendidikan tentang toleransi dan keberagaman. Pendidikan ini bisa dalam bentuk program atau seminar. Solusi selanjutnya adalah dengan mengadakan pelatihan bagi guru dan staf sekolah. Pelatihan ini diadakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan mengatasi sikap fanatisme yang muncul di kalangan siswa. Selain guru dan staf, ada baiknya untuk membangun keterlibatan orang tua juga. Beberapa contohnya adalah dengan melakukan edukasi kepada orang tua agar mereka dapat memahami mengapa sikap fanatisme bisa terjadi dan bagaimana cara mengatasinya. Selain itu, menjaga komunikasi yang baik dengan pihak sekolah dan orang tua juga penting. Hal ini agar mereka memahami kebijakan dan nilai-nilai yang ingin kita terapkan di sekolah. Solusi terakhir yang kami temukan adalah menyediakan konseling dan dukungan emosional bagi siswa/kelompok yang fanatik dan bagi korban fanatisme. Siswa yang fanatik mungkin memerlukan konseling untuk membantu mereka memahami dan mengubah sikap mereka terhadap fanatisme. Sedangkan bagi korban fanatisme, konselor sekolah dapat membantu menyediakan dukungan emosional dan memastikan mereka merasa nyaman dan aman di lingkungan sekolah.


Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan kami, sikap fanatisme di sekolah dapat menciptakan lingkungan yang inklusif, dapat menimbulkan diskriminasi, dan dapat berdampak negatif pada kesejahteraan siswa-siswi. Evaluasi yang dapat kita lakukan jika terdapat perilaku diskriminasi, fanatisme, eksklusivisme adalah evaluasi secara berkala dan rutin mengenai evaluasi efektivitas mengenai pelaporan insiden jika terjadinya diskriminasi sebagai dampak dari sikap fanatisme, evaluasi pengamatan oleh guru dan bimbingan konseling, serta evaluasi untuk monitoring jangka panjang serta penyesuaian kebijakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun