Masalah kejiwaan bisa terjadi kepada siapa saja, banyak faktor yang menyebabkan seseorang terganggu kejiwaannya. Pandemi kemarin sebenarnya masih banyak meninggalkan trauma yang mendalam, bagaimana tidak banyak sanak keluarga yang ditinggalkan oleh orang-orang yang mereka cintai, teman, sahabat atau tetangga. Iya pandemi banyak menyisakan luka, dan kenangan buruk.
Kesehatan tidak hanya pada fisik saja, melainkan mental, spiritual maupun sosial. Berdasarkan survei gangguan mental emosional di Indonesia terjadi pada 6 dari 100 orang. Kesehatan mental seseorang bisa terjadi dengan berbagai faktor, bisa terjadi dalam masalah di lingkungan kerja, keluarga, masyarakat sekitar dan sebagainya. Terkadang kita harus pintar mengelola stres dengan baik, seperti yang dianjurkan Kemenkes dalam CERIA.
ODMK (Orang Dalam Masalah Kejiwaan)Â sangat membutuhkan seorang pendamping kejiwaan untuk memulihkan kembali kesehatan mentalnya
Orang Dalam Masalah Kejiwaan (ODMK) membutuhkan perhatiaan dari orang-orang yang peduli dengan sekitarnya. Mirisnya banyak sekali ditemukan di jalan-jalan ODMK yang liar begitu saja, sehingga terkadang gangguan jiwa mereka semakin parah. Masyarakat kita masih saja menganut paham, mengasingkan ODMK dan bersyukurnya sekarang tidak lagi pemasungan.Â
Di kota-kota besar ODMK yang tidak ada keluarganya atau dengan batasan ekonomi banyak yang terlantar. Kecuali ada orang-orang yang peduli kemudian melapor ke rumah sakit terdekat.Â
Belum lama ini setiap tanggal 10 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. Dengan begini diharapkan meningkatnya kesadaran dan kepedulian untuk menjaga kesehatan jiwa dimulai dari diri sendiri dan orang lain sekitar kita.
Triana Pendamping Masalah Kejiwaan
Seorang Triana patut kita jadikan teladan, karena dia sudah cukup berani dan peduli kepada orang dengan masalah kejiwaan atau biasa yang kita sebut ODMK. Sebenarnya kita semua butuh teman yang mau mendengarkan keluh kesah kita, dengan begitu beban di jiwa menjadi ringan setidaknya meskipun belum menemukan solusi bagi masalah yang sedang dihadapi.
Bermula dari kepedulian pada orang dengan masalah kejiwaan (ODMK), tiga mahasiswi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret (UNS): Triana Rahmawati Febrianti Dwi Lestari, dan Wulandari mendirikan Griya Schizofren. Triana yang kini berdomisili di Solo bersama teman-temannya sengaja mendirikan Griya Shizofren sebuah tempat komunitas pemuda peduli gangguan kejiwaan.Â
Griya Shizofren hadir dengan kepedulian anak muda yang mengampanyekan pada orang dengan gangguan kejiwaan. Latar belakang berdirinya Griya Shizofren ini sendiri adalah rasa khawatir tentang pertumbuhan semakin tinggi ODMK, sedangkan kepedulian masyarakat tidak sebanyak jumlah ODMK yang semakin meningkat.