Mohon tunggu...
Tati Hidayat
Tati Hidayat Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Wanita Biasa

Penikmat hidup

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ratna Relawan Kusta Pemberdaya Penderita Kusta

22 September 2023   07:29 Diperbarui: 22 September 2023   09:07 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak dulu sampai sekarang penyakit menular dan mitos-mitosnya menjadi momok menakutkan. Kalau bicara soal penyakit, terkadang orang awam sering mengaitkan dengan beberapa mitos. Misal penyakit Kusta salah satunya padahal penyakit Kusta itu bukan sebuah penyakit kutukan atau penyakit turunan. Penyakit Kusta sudah ada atau dikenal sejak zaman kuno, saat itu masih menjadi masalah kesehataan di masyarakat di beberapa negara di dunia.

Mitos Kusta Dari Dulu Hingga sekarang Kusta 

Kusta adalah salah satu penyakit tertua dalam sejarah. Penyakit kusta sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi bahkan tertulis dalam kitab-kitab suci beberapa agama. Ini menjelaskan penyebab penyakit kusta atau lepra sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan masih ditemukan hingga saat ini dan pada masa purba tersebut disinyalir telah terjadi pengasingan pada pasien kusta. Orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) dan penyandang disabilitas akibat kusta mash tetap terjebak dalam lingkaran diskriminasi hingga saat ini.

Nabi Ayyub pun di uji kesabarannya oleh Allah SWT dengan penyakit kulit atau  Kusta. Penyakit Kusta yang di alami Nabi Ayyub selama 18 tahun ini, membuatnya di asingkan dan dia tinggal di pinggiran negeri karena orang-orang takut tertular penyakitnya. Jadi penyakit Kusta ini memang sudah ada sejak zaman para nabi terdahulu dari Nabi Muhammad SAW. Penyakit infeksi kronis namun dapat disembuhkan, terutama menyebabkan lesi kulit dan kerusakan saraf. Kusta disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Kondisi ini terutama memengaruhi kulit, mata hidung dan saraf perifer. Kusta dapat ditularkan melalui uap air udara pernapasan seperti batuk dan bersin.

Dok. Youtube Channel Micheal Tjandra Luar Biasa RTV
Dok. Youtube Channel Micheal Tjandra Luar Biasa RTV

Ratna Relawan Kusta Melawan Dusta Kusta

Amat hanya bisa pasrah ketika suatu hari, pada 1997, dia mendapati salah satu jari tangannya tanggal. Jari itu memang telah mati rasa dan kehilangan fungsi akibat penyakit kusta. Jadi, saat jarinya copot, ia tak merasa sakit. Satu per satu jari yang lain ikut tanggal. Tanpa jari tangan, warga Desa Rebalas, Kecamatan Grati, Pasuruan, ini terpaksa bergantung pada orang tuanya karena cuma bisa bekerja serabutan. Kadang ia mencari kayu bakar, kali lain menjadi pemetik sayuran. Tapi itu tinggal cerita di masa lalu. Sejak Agustus lalu, Amat--kini 40 tahun--bisa tersenyum. Ia sudah memiliki usaha sendiri: beternak jengkerik. Per bulan ia bisa panen

26 kilogram jangkrik. "Harga jualnya Rp 20 sampai 30 ribu per kilo," pungkasnya.

Dok. Youtube Channel Micheal Tjandra Luar Biasa RTV
Dok. Youtube Channel Micheal Tjandra Luar Biasa RTV

Wanita berhati mulia yang merupakan perawat di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kecamatan Grati itu tak cuma mengembalikan kehidupan Amat, tapi juga dua mantan penderita kusta lainnya yang juga telah menjadi juragan jangkrik. Selain mereka ada dua mantan penderita kusta yang membuka usaha menjahit dan menyulam. "Semuanya ada 20 mantan penderita yang sudah dapat bekerja," kata Ratna. Menjadi perawat sejak 2004, wanita kelahiran 23 April 1980 ini saat itu bertugas sebagai perawat dan pengelola program kusta di Puskesmas Grati. Ratna mendata ulang penderita kusta di wilayah kerjanya, yang mencakup 9 desa. Ia menghubungi mereka satu demi satu untuk mengetahui status terbaru penyakit mereka.

Ratna tidak memperdulikan tanggapan orang-orang di sekitar tentang Kusta itu berbahaya dan menular. Sejak tahun 2008 Ratna sudah terjun langsung untuk mengobati dan memperdayakan 400 penderita Kusta dan yang pernah mengalami Kusta. Penderita kusta dikucilkan di masyarakat sehingha sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaa. Dengan adanya semangat dan pengabdian Ratna memperdayakan penderita kuata, kini mereka dapat terus melanjutkan hidup.

Dari perjuangan dan pengabdiannya, Ratna Indah Kurniawati menerima Apresiasi Satu Indonesia Awards 2011.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun