Indonesia adalah termasuk negara dengan angka tertinggi pada pernikahan dibawah umur atau penikahan dini. Banyak faktor yang menyebabkan pernikahan usia dibawah umur terjadi, salah satunya pergaulan bebas.Â
Di kota besar maupun di desa pernikahan dini menjadi penyebab, anak usia dibawah 20 tahun sudah melahirkan atau menjadi ibu. Makanya tidak heran banyak wanita yang menderita kanker serviks atau kanker rahim, akibat usia muda sudah melahirkan. Makanya patut kita dukung dari Semangat Nordianto Hartoyo Sanan, salah satu penerima penghargaan Satu Indonesia Awards 2018 yang di selenggarakan oleh PT Astra Internasional.
Hebatnya, pria dengan sapaan karib Anto ini terpilih tanpa mengikuti seleksi. Ia mendapat undangan langsung dari Presiden ECOSOC.
Ia sudah aktif berorganisasi semenjak duduk di bangku SMP.
Waktu itu dia menjadi Ketua OSIS SMP Negeri 1 Sungai Raya, Kubu Raya, jadi sering mendapat undangan kegiatan, termasuk ikut di PIK Remaja di BKKBN. SMA Anto juga aktif di organisasi luar sekolah, pernah menjadi ketua Forum Anak yang saya sinergiskan dengan agenda Genre. Saat SMA, minimal rangking dua di kelas selalu digapainya. Waktu kuliah di jurusan Sastra Inggris STBA Pontianak, IPK 4 pun di tangan.
Dari hasil diskusi di negeri paman syam ini, ternyata banyak negara-negara lain yang tertarik pada Indonesia, mereka tertarik dan kagum, Salah satunya dengan program mencegah perilaku seks sebelum pernikahan. Karena di negara mereka itu seks itu lebih bebas asal aman, asal pake kondom, bahkan negara-negara seperti Iran atau Turki.
Tapi sebaliknya, menurut Anto, negara-negara lain justru punya kesadaran terkait pernikahan dini yang lebih baik. "Sebebas-bebasnya mereka tapi pernikahan dini mereka rendah, karena kesadaran mereka terhadap alat kontrasepsi tinggi," Anto percaya bahwa kampanye menolak seks sebelum menikah adalah metode yang paling tepat untuk menekan pernikahan dini di Indonesia.
Tergugah dengan kisah superhero yang kerap ditontonnya sejak kecil, bayangan bisa membantu banyak orang senantiasa hadir dalam benak Nordianto. Ia yakin siapa pun itu bisa mengambil peran untuk menjadi pahlawan di lingkungannya. Lewat kegiatan GenRengers Educamp yang ia gagas pada 2016, aktivitas menghadirkan jiwa-jiwa kepahlawanan pun ia bangun. Berbentuk aktivitas camp yang secara rutin digelar sebagai bentuk pendidikan alternatif, GenRengers Educamp dibentuk Nordianto untuk melahirkan relawan yang peduli dan paham soal isu-isu kesehatan khususnya pernikahan usia dini dan pola pergaulan remaja. GenRengers Educamp sudah melibatkan 14 kabupaten kota sepanjang 2016.Â
Tahun berikutnya, kegiatan ini berhasil melibatkan 10 kabupaten kota dan lima provinsi selain Kalimantan Barat untuk turut mengadakan kegiatan sejenis dengan mereplikasi dan memodifikasi GenRengers Educamp. Hingga kini ada sekitar 20 tenaga relawan inti yang tergabung dalam tim inti GenRengers Educamp. Bersama tim ini, dalam dua pekan sekali, Nordianto merancang dan mengadakan kegiatan educamp di pelosok daerah Kalimantan Barat yang rentan dengan tingginya angka perkawinan usia dini serta pergaulan remaja yang bebas. Harapannya, dari setiap educamp yang dihelat, akan selalu lahir relawan baru untuk mengambil peran menekan tingginya angka perkawinan dini di daerah asal mereka.
Nordianto Hartoyo Sanan pendiri Genrengers Educamp sejak tahun 2016. Banyak prestasi yang di dapatnya. Pemuda dari Kubu Kalimantan Barat ini juga ternyata pernah mengalami kegagalan saat memasuki sekolah akademik. Tapi yang membuat salut adalah, dia menerima kegagalan dan dari kegagalan itu dia semakin semangat, karena baginya usia kita terlalu oendek untuk meratapi kegagalan itu.