Mohon tunggu...
Tati Magdalena Sahea
Tati Magdalena Sahea Mohon Tunggu... Insinyur - Profesional SDA (Energy), Pemerhati Maritim, Sosial Budaya dan Politik

An Ordinary and simple person…who loves God and Happiness…Mother of twins teenager whom Root Culture from Bumi Porodisa, Nusa Utara (Nanusa, Karatung Island) and Enrekang (Duri Cakke) Sulawesi Selatan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Peran dan Transformasi Gereja-Gereja di Sulawesi Utara Menghadapi Pemilu Serentak 2024

20 Juli 2023   23:15 Diperbarui: 23 Juli 2023   08:35 1109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gereja GMIM Watumea (Salah satu Gereja Tertua) | Foto: Istimewa via manado.inews.id

PEMILU serentak 2024 akan menjadi tantangan yang luar biasa untuk Indonesia di mana pada bulan February 2024, seluruh rakyat Indonesia yang telah terdaftar untuk menggunakan hak pilihnya untuk melakukan pemilihan secara terbuka terhadap calon wakil rakyat dari tingkat kabupaten, kota, propinsi sampai dengan pusat (DPR RI). 

Selain itu di saat yang bersamaan, akan dilakukan juga pemilihan Presiden beserta Wakil Presiden beserta beberapa Kepala Daerah tingkat Propinsi sampai dengan tingkat kabupaten atau kotanya juga.

Pemilu tersebut akan menjadi ajang Pesta Demokrasi untuk Rakyat Indonesia dari setiap golongan dan ini akan menjadi semakin memperlihatkan bagaimana proses berdemokrasi yang terjadi di Republik yang kita cintai ini telah berproses sedemikian rupa dengan berbagai catatan penting yang menjadi pembelajaran penting untuk rakyat dalam berprastisipasi kembali di setiap ajang pesta demokrasi setiap 5 (lima) tahun sekali.

Sulawesi Utara (Sulut) menjadi provinsi yang cukup unik dan kompleks, dikarenakan kekayaan budaya dan kebhinekaan dari masyarakat yang berada di Sulut. Hal ini menjadikan Sulut berada dalam posisi yang unik dalam Pesta Demokrasi Pemilu Serentak 2024 ini. 

Gereja GMIM Watumea (Salah satu Gereja Tertua) | Foto: Istimewa via manado.inews.id
Gereja GMIM Watumea (Salah satu Gereja Tertua) | Foto: Istimewa via manado.inews.id

Kita mau menyatakan bahwa politik identitas atau politik pragmatis tidak bisa dilakukan tetapi dengan keberadaan masyarakat Sulut yang beragam, terlebih Sulut dikenal dengan julukan: "Kota 1000 Gereja", ini menjadikan politik identitas mau tidak mau terjadi di Sulut dan politik identitas ini bisa menjadi suatu hal yang positif atau negatif, dan itu tergantung dari Hati, Jiwa dan Visi setiap pemimpin Gereja untuk ber Andil positif dalam kontestasi pemilu 2024.

Kekristenan di Sulut merupakan salah satu komunitas keagamaan terbesar di level provinsi di Indonesia, khususnya Sulawesi Utara, dan juga terbesar di pulau Sulawesi. 

Pemeluk agama Kristen di Sulut umumnya berasal dari suku asli seperti Minahasa, Talaud, Sangir, Bantik, Tonsea, Ratahan, serta sebagian Mongondow, Tionghoa, dan suku pendatang lainnya seperti Batak, dari Indonesia Timur seperti NTT, Maluku dan Papua. 

Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2021, persentasi pemeluk agama Kristen di Sulawesi Utara sebanyak 67,41% (1,790,476 orang), di mana mayoritas Protestan yakni 62,98% (1,672,761 orang) dan katolik 4,43% (117,715 orang). 

Data Kementrian Dalam Negri Tahun 2021 | Dok Kementerian Dalam Negeri
Data Kementrian Dalam Negri Tahun 2021 | Dok Kementerian Dalam Negeri
Data Daftar Pemilih Tetap (DPT) 2024 Provinsi Sulut yang telah ditetapkan oleh KPU per Juni 2023 adalah 1,969,603 orang yang terdiri atas: 975,740 orang perempuan dan 993,863 orang pria. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun