Mohon tunggu...
Tatia Traveller
Tatia Traveller Mohon Tunggu... Penulis - Sosiologist, Ibu tiga anak yang suka menulis, traveling dan makan enak.

Penulis buku Cara Mencegah Selingkuh dan Cerai, Cegah dan Deteksi Kanker Serviks, Bahaya Alkohol dan Cara Mencegah Kecanduannya, Love and Shock, Hidangan Fav Mediterania. Sosiolog, dan pemerhati the whole universe. Menetap di Yunani sejak 2003. Saat ini sedang senang menulis tentang kesehatan, mind and body.http://www.tatiatravels.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pokemon GO dan Kesuksesan

14 Agustus 2016   13:16 Diperbarui: 14 Agustus 2016   13:41 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

20 July 2016 saya mulai install Pokemon Go dari google play. Di Yunani Pokemon Go cukup popular walaupun crisis economy masih melanda. Dibutuhkan koneksi internet untuk berjalan menangkap Pokemon. Dan tentunya tidak semua anak-anak dan remaja yang masih menggantungkan keuangannya pada orang tua bisa punya akses internet. Niat awal saya bermain Pokemon Go agar bisa lebih dekat ke anak. Agar bisa terus mengawasi isi dari gadget anak saya. Dan memang akibat Pokemon Go kedekatan saya dengan anak semakin erat. Niat awal untuk dekat dengan anak, akhirnya menjadi 'sangat excited". 

Pokemon Go memang diciptakan untuk bisnis. Saya tidak pernah bermain games. Banyak sekali undangan untuk main games melalui Fb semua saya "ignore". Karena games identik dengan buang waktu dan energi. Namun setelah mencoba Pokemon Go; akhirnya saya mengerti kenapa banyak individu yang suka main games. Pokemon Go memang menyenangkan; setiap menangkap Pokemon akan dapat stardust, Pokemon yang ditangkap masuk dalam koleksi Pokedot. Untuk mencapai kenaikan level harus banyak menangkap Pokemon atau mengumpulkan banyak XP. Menariknya lagi ada jurnal di games ini. Lebih bahagia lagi saat menang battle dan memimpin gym. Serasa menjadi penguasa sebuah wilayah.

Yang menjadi tantangan bagi saya adalah bermain tanpa harus membeli poke balls dengan uang beneran. Poke balls bisa dibeli dengan coins yang dikumpulkan dari setiap kunjungan ke Gym. Juga tantangan untuk bermain jujur. Jujur dalam definisi saya adalah menangkap pokemon dengan cara natural. Jalan kaki atau sewaktu bepergian dengan kendaraan tanpa gunakan trick-trick. Hal inilah yang saya terapkan dalam menjalankan bisnis traveling. Pokemon Go juga mengajarkan solidaritas. Siapa saja boleh datang ke poke stop saat ada lure dipasang.. Tidak memandang dari Team  merah,  Team kuning atau Team  biru. Memasang lure di Poke stop agar banyak pokemon datang dan mudah ditangkap. Lure tidak mudah didapatkan. Lure didapatkan saat kenaikan level. Untuk naik level pun harus mengumpulkan puluhan ribu XP bahkan ratusan ribu point XP.

Dari Pokemon Go saya bisa mengendalikan kesabaran. Tantangan untuk sabar menunggu munculnya pokemon. Sabar untuk tidak tergiur membeli items yang ada di "shop". Sabar untuk mengumpulkan banyak XP point untuk kenaikan level. Sabar mengurus pokemon yang terluka atau pun mati akibat 'battle' atau saat training para pokemon untuk melihat kekuatan masing-masing. Melihat pokemon jenis apa yang bisa di-evolve yang bisa di-power up. Main Pokemon Go hampir mirip mengurus 'pets' hanya bedanya tidak perlu dikasih makan. Belum mencapai sebulan bermain Pokemon Go sudah mencapai level 15. Akibat saat di Jakarta banyak sekali pokemon dan sangat mudah ditangkap. Walau pun di Indonesia permainan ini belum resmi. Karena belum bisa diinstall dengan mudah. Sedangkan di Iran permainan ini sudah dilarang. 

Saya akui Pokemon Go ada bahaya dan ada mudaratnya. Namun jika dimainkan dengan kesabaran dan hati-hati; permainan ini bisa mendukung kesuksesan Anda dalam hal mengontrol diri dan mengatur waktu. Pokemon Go bagi saya semacam test untuk melihat seberapa jauh kekuatan kontrol diri dan tentunya banyak jalan kaki lebih menyehatkan dan bahagia. Saya merasa beruntung karena  di duduk di rumah banyak pokemon berdatangan. Mungkin hal ini akibat di rumah banyak hewan peliharaan. Ada kucing, griffon, kelinci dan burung merpati di belakang rumah.

Elefsina, 9 Agustus 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun