Jika April tahun lalu kita membahas gemintang dan hari depan. April tahun ini aku dan kamu membahas kita sebagai kenangan.
Tak mengapa kamu menemani malamku sebagai bunga tidur, bukan sebagai pria yang memeluk hangat saat lelapku. Sungguh aku merindu, sangat-sangat ingin bertemu. Berbagi cerita hari-hari yang ku lalui sendiri. Aku selalu mendamba hadirmu. Meski pedih hati saat melihat chat lama kita, sebelum kita menjadi hilang arti. Aku selalu berkeras hati untuk melupakanmu. Bagaimana bisa sekian lama menanti, dari kamu yang dulu pergi kemudian kembali saat posisi ini memang sudah tidak memungkinkan kita bersama lagi. Sakit, namun aku bisa apa. Aku tak punya kuasa atas waktu yang telah berlalu.Â
Semua orang mungkin menganggapku kurang bersyukur dengan semua yang aku punya. Tapi bagaimana, aku tidak mungkin membohongi diriku yang ingin kamu. Sungguh, demi apapun aku mencintaimu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI