Mohon tunggu...
Tatiana Dayana
Tatiana Dayana Mohon Tunggu... Buruh - Makhluk Neverland

Aku bukan penikmat rindu, kopi, senja. Aku penikmat Kamu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Bentuk Nyata, Lupa

13 April 2020   17:50 Diperbarui: 13 April 2020   17:48 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Melawan kata hati dan berada disudut temaram. Tak perlu lagi berpura-pura segala yang berujung luka digemakan sebagai tanda bahagia. Nanar, tak berdaya, tak bergeming dan tidak ada yang peduli. Seringkali berusaha meronta dan berbalik menyerang. Namun, serasa percuma. Hanya dendam yang dapat dibalas. 

Pertengahan April begitu nyata membentuk diri. Sudah setahun terjebak difase-fase yang memilukan. Mencoba beranjak dan memikirkan hari-hari selanjutnya. Membuang segala yang perlu dibuang. Rasa malas, amarah, dendam, benci, pilu dan yang paling penting adalah melupakan segala tentangmu. 

Tak perlu lagi menjadi hamba dari rasa cinta. Banyak yang harus dikerjakan untuk memulihkan diri dan jiwa. Dunia kerap kali tak ramah, untuk itu jangan pernah lemah. Bisa jadi, sesorang yang diimpikan adalah cobaan. 

Mengutuk tak membuat sesorang akan bangkit, namun memperlihatkan kelemahan. Bilur luka akan pulih, meski dalam prosesnya akan berbekas. Cukup sulit menjelaskan manuskrip yang pernah dibaca. Tetap perihal yang sama. Tentang mereka yang memasung raga, menjebak menopeng wajah. Dengan ratap yang sama, keluh yang sama, dan jenuh yang sama. Hidup ternyata tidak serta merta hari kemarin. Ada hari selanjutknya yang terus berganti. Sampai nafas habis, hidup tak pernah berhenti menoreh kisah. 

Tentang semua yang hilang, tentang semua yang kelam. Terimakasih sudah memberi makna untuk rindu dan temu.  Lepaskan saja. Biar mengalir dan berakhir segala nadir. mengulang seperti waktu itu, pergi, tanpa kabar namun tak hilang kendali. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun