Mohon tunggu...
Tatiana Cahyaningrum
Tatiana Cahyaningrum Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Candi Kidal sebagai Peninggalan Agama Hindu di Malang

16 September 2023   18:46 Diperbarui: 16 September 2023   18:47 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Candi Kidal merupakan salah satu candi peninggalan Agama Hindu yang berlokasi di lembah Gunung Bromo, Desa RejoKidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Dimana Candi ini dibangun dengan tipe menara bermaterial batu andesit dan terdapat pagar keliling dari bahan yang sama. Denah dasar candi ini berbentuk bujur sangkar berukuran 8,36X8, 36 meter. Konstruksi bangunan suci ini dibagi menjadi 3 bagian meliputi kaki, badan dan atap. Pada bagian kaki terdapat relief Garudeya dan pada ke empat sudutnya terdapat ukiran singa dalam posisi berdiri. Pada bagian dalam Candi (garbagrha) diduga kuat terdapat arca Siwa gaya Singhasari yang sekarang disimpan di Royal Tropical Institute Amsterdam. 

Candi ini menjadi tempat pendharmaan Raja Anusapati dari Kerajaan Singhasari berdasarkan berita dalam Nagarakretagama dan Pararaton. Raja Anusapati menjadi Raja Kerajaan Singhasari Pada Tahun 1227 M -1248 M. Lalu dibuat bangunan Candi untuk penghormatan beliau pada tahun 1248-1260 M. Semua peninggalan Singhasari terbuat dari Batu Andesith. Candi ini terdiri dari 3 bagian yaitu Kaki, badan dan atap. Pada bagian kaki, terdapat kepala Naga atau label mahkota, orang Hindu menamakan Makara dan Makari karena ada Laki laki dan Wanita. Di bagian sudut candi namanya Singa Setambah atau Singa Murti bisa dikatakan juga dengan Singa penyangga karena sebagai simbol penyangga . 

Pada bagian kaki dan tubuh candi terdapat ornamen berbentuk bulat yang dinamakan Medalium. Kemudian ada bagian seperti Bogor bagian kaki candi Namanya Purnakumba. Kemudian Di bagian tubuh Candi terdapat Relung yang sebenarnya terdapat Patung Nandiswara Mahakala yang dikanan kiri pintu masuk

Kemudian relung yang menghadap ke utara terdapat Patung Durga Mahesa Suramardini, Relung yang menghadap ke Timur terdapat Patung Ganesha, kemudian Relung yang menghadap ke Selatan tempat Patung Siwa Mahaguru. Tapi sayangnya , semua patung tersebut sudah tidak berada di tempatnya. Tinggal nama dan tempatnya, karena patung tersebut terlepas dari situsnya dan tidak diketahui keberadaannya. 

Dan di atas bilik candi terdapat Kepala Kala sebagai lambang penjaga tempat suci yang tergantung didalam bilik candi.

Candi Kidal ini dibangun sebagai tempat pendharmaan bagi Raja Anusapati,Raja Singhasari. Candi Kidal memperlihatkan adanya keistimewaan dengan memadukan gaya candi Jawa Tengah (terbuat dari batu andesit) dan Jawa Timur ( berbentuk bangunan ramping ) . Dalam bahasa Jawa kuno "kidal" berarti "kiri", hal ini berkaitan dengan relief cerita Garudeya yang dipahat kan pada bagian kaki candi. Pembacaan relief dilakukan dari kiri ke kanan ( berlawanan dengan arah jarum jam) , tidak seperti candi candi pada umumnya. Dimana fragmen Relief Garudeya tersebut menceritakan tentang anak yang berbakti kepada orang tua . Relief yang pertama menggambarkan anak yang mengabdikan kepada Orang tua, ikut menjaga . Relief yang kedua menggambarkan anak yang berjuang untuk pembebasan seorang Ibu. Relief ketiga menggambarkan anak yang berbakti, menjunjung tinggi derajat orang tua.

Candi Kidal ditemukan oleh Thomas Stamford Raffles pada tahun 1817. Pada tahun 1867 dan 1883 pemerintah Hindia Belanda melakukan pembersihan candi dari pepohonan. De Hazz sebagai utusan pemerintah Hindia Belanda melakukan pemugaran awal pada candi ini tahun 1925. Pemugaran juga dilakukan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur pada tahun 1986-1990 dengan memperbaiki bagian kaki hingga atap candi agar kokoh. Candi Kidal ini telah menjadi Bangunan Cagar Budaya Peringkat Nasional berdasarkan SK Mendikbud RI Nomor 205/M/2015

Candi Kidal ini, masih banyak digunakan sebagai tempat beribadah orang Hindu apalagi saat perayaan seperti Nyepi bahkan di hari tertentu masih banyak yang beribadah di Candi ini. Selain sebagai tempat ibadah, Candi ini juga digunakan sebagai pendharmaan, penghormatan sangat Raja tersebut, dan juga untuk menambah pengetahuan. Cara masuk ke dalam Situs atau candi ini sangat mudah dan tidak dikenakan biaya (seikhlasnya).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun