Setelah ananda berangkat, aku bergegas masuk ke kamar mandi. Baru saja kaki kiri melangkah memasuki pintu, aku kaget karena ada ular di dekat kloset. Ular yang warna dan bentuknya sama seperti yang masuk ke kamar belakang.
Aku keluar lagi dan mencari alat yang bisa digunakan untuk memukul ular. Mau minta bantuan tidak mungkin, karena di rumah tidak ada orang lain lagi.
Di belakang pintu dapur aku menemukan tongkat kayu, lalu aku balik lagi ke kamar mandi. Aku mencari ular tadi, tetapi tidak ditemukan.
"Masa sih hilang lagi" kataku dalam hati. Dadaku terasa berdegup kencang, ada rasa takut dan juga penasaran di mana bersembunyi ular tadi.Â
Di pojok dekat bak mandi aku melihat ada botol pewangi, lalu ku angkat. Betul saja ular tersebut ada dan kepalanya diangkat ke atas, ukuran ular sebesar jari kelingking tetapi panjang dan berwarna hitam.
Tanganku gemetaran dan dadaku berdegup lebih kencang, aku beranikan diri untuk memukul kepala ular dengan tongkat beberapa kali sampai ular tersebut mati.
Ular yang sudah mati dimasukan ke dalam kantong plastik hitam dan aku buang ke sungai yang letaknya beberapa meter dari rumah.
Aku masuk ke kamar mandi, lalu menyiram darah ular yang masih ada. Dadaku masih terasa deg-degan, dan aku cepat-cepat mandi.
Setelah ganti baju, aku segera berangkat kerja. Sepanjang jalan aku masih berpikir tentang ular yang sudah mati tadi.
"Kapan ular tersebut masuk ke kamar mandi?, dan apakah saat ananda mandi ular tersebut sudah ada di sana?", pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul dalam benakku.Â
Tetapi aku tidak mau memikirkannya lagi. Dalam hati aku bersyukur karena kami masih dilindungi oleh Allah SWT, dan aku berharap semoga kejadian ular masuk ke rumah tidak terulang kembali.