Mohon tunggu...
Tati AjengSaidah
Tati AjengSaidah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 2 Cibadak Kab. Sukabumi

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kisah Bapak dan Ibu Petani

10 Desember 2022   12:32 Diperbarui: 10 Desember 2022   12:43 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Bapak dan Ibu Petani (sumber foto: dokumentasi pribadi) 

Mentari baru keluar dari peraduannya. Bapak dan ibu tani berjalan menuju ke sawah, membawa bekal yang sudah disiapkan dari rumah.

Matanya menatap hamparan sawah dan gunung yang ada di sekitarnya. Tiada jemu memandang panorama indah nan menawan, lukisan alam ciptaan Tuhan.

Segera mereka turun ke sawah. Tangan mereka begitu terampil menanam bibit padi, berpindah dari petak yang satu ke petak lainnya.

Hari semakin siang, teriknya mentari mulai terasa di punggungnya. Tapi tak menghalangi tekad tuk menyelesaikan tugasnya.

Menjelang tengah hari, pekerjaan pun selesai. Setelah mencuci tangan dan kaki, mereka makan dengan lahapnya. Terasa nikmat, walaupun makan dengan lauk seadanya.

Saat adzan dhuhur, mereka kembali ke rumah. Berharap bibit padi kan tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga hasil panen kan melimpah.

#Puisi solo ke-37

Cibadak, 10 Desember 2022

Tati Ajeng Saidah untuk Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun