Mentari baru keluar dari peraduannya. Bapak dan ibu tani berjalan menuju ke sawah, membawa bekal yang sudah disiapkan dari rumah.
Matanya menatap hamparan sawah dan gunung yang ada di sekitarnya. Tiada jemu memandang panorama indah nan menawan, lukisan alam ciptaan Tuhan.
Segera mereka turun ke sawah. Tangan mereka begitu terampil menanam bibit padi, berpindah dari petak yang satu ke petak lainnya.
Hari semakin siang, teriknya mentari mulai terasa di punggungnya. Tapi tak menghalangi tekad tuk menyelesaikan tugasnya.
Menjelang tengah hari, pekerjaan pun selesai. Setelah mencuci tangan dan kaki, mereka makan dengan lahapnya. Terasa nikmat, walaupun makan dengan lauk seadanya.
Saat adzan dhuhur, mereka kembali ke rumah. Berharap bibit padi kan tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga hasil panen kan melimpah.
#Puisi solo ke-37
Cibadak, 10 Desember 2022
Tati Ajeng Saidah untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H