Aku kembali melihat kondisi ayah, Kak Adi dan Bang Gani keluar dari kamar untuk ganti baju. Ayah menjelaskan jumlah hari saat beliau tidak berpuasa, yaitu ketika di rawat di Rumah Sakit sampai hari ini.
Tiba-tiba suara ayah menjadi tidak jelas, aku memegang tangan ayah sambil menangis. Kak Adi serta Rani segera masuk ke kamar, bersama-sama kami terus membaca dzikir dan asma Allah di dekat telinga ayah. Â
Tak lama kemudian ayah menghembuskan nafasnya di hadapan kami bertiga dengan keadaan tersenyum.
Innalillahi wainna ilaihi rojiun, aku tak menyangka ayah akan berpulang secepat ini. Â Walaupun di tahan, air mataku tak terasa mengalir dengan deras.
Setelah sholat ashar, jasad ayah langsung dikebumikan. Saudara, tetangga dan pelayat yang lainnya banyak yang mengantarkan ayah sampai ke tempat peristirahatan yang terakhir.
*
Ternyata Ramadan tahun ini merupakan yang terakhir bagi ayah. Doa kami semoga ayah diterima iman dan islamnya, diampuni dosa-dosanya serta mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah SWT.
Kenangan tentang ayah akan selalu ada di hati kami, begitupun kenangan tentang ibu yang sudah berpulang lebih dahulu. Bagi kami, ayah serta ibu adalah orang tua terbaik dan selalu memberikan keteladan. Â
Semoga kami bertiga bisa melaksanakan amanat dari ayah, yaitu selalu hidup rukun dan berada di jalan yang diridhoi oleh Allah Yang Mahakuasa. Aamiin ya Robbal A'lamiin.
Cibadak, 19 April 2022
Tati Ajeng Saidah untuk Kompasiana