Aku berunding dengan kedua saudaraku untuk membawa ayah ke Rumah sakit, tetapi ayah menolak dengan alasan ayah ingin melaksanakan puasa.
Selama ayah sakit, Kak Adi bermalam di rumah untuk menunggu ayah. Sedangkan Rani datang setiap pagi dan pulang sore hari. Â
Bulan Ramadanpun tiba, ayah tetap melaksanakan puasa. Setiap sahur dan buka puasa, aku mengantar makanan ke kamar ayah.
Apabila masuk sholat lima waktu, aku secara bergantian dengan saudaraku membantu ayah untuk berwudhu dengan membawa teko yang berisi air dan ember.
Karena kondisi ayah tak kunjung membaik, setelah satu minggu akhirnya ayah bersedia dirawat di Rumah sakit.
Aku menunggu ayah dari pagi hari sampai ashar, dan dilanjutkan oleh Kak Adi sampai pagi. Sedangkan Rani menemani pengasuh anakku di rumah.
Melihat hasil rontgen, dokter mengatakan bahwa kaki ayah harus dioperasi. Tetapi tidak bisa dilakukan segera karena sakit paru-paru ayah belum sembuh, sehingga harus diobati dulu.
Setelah lima hari di rawat, ayah diizinkan untuk pulang dan harus melakukan pengecekan kembali setelah Idulfitri nanti. Â
*
Hari Rabu siang ayah sudah ada di rumah, banyak tetangga dan saudara yang datang menjenguknya. Malam hari setelah sholat tarawih selesai, jamaah masjid langsung berdatangan ke rumah.
Kondisi ayah semakin melemah, hari Kamis siang beliau memanggil kami bertiga dan memberikan banyak nasihat dan amanat. Sepertinya ayah sudah punya firasat usianya tidak akan lama lagi.