Apesnya, anakku jatuh dan kepalanya mengenai batu. Dari luka yang ada di dahi mengeluarkan darah yang banyak sehingga harus dijahit. Mulai saat itu aku lebih berhati-hati lagi dan selalu mengawasi anakku bila sedang bermain di luar.
*
"Teh ke sini" terdengar suara ayahku memanggil sambil mengaduh. Aku segera mendekati ayah yang sedang duduk di lantai sambil memegang kakinya. Â
"Ya Allah, Ayah kenapa?" tanyaku sambil memegang tangannya, aku mencoba membantunya supaya bisa berdiri.
"Tadi seperti ada yang mendorong, sehingga ayah jatuh dari kursi". Ayah berusaha untuk berdiri sambil memegang tanganku, tetapi tidak bisa karena kakinya tidak bisa diangkat.
"Masya Allah, ada-ada saja cobaan bagi Ayah". Aku segera berlari ke rumah kakakku untuk meminta bantuan. Kak Adi segera datang dan melihat kondisi ayah.
"Sepertinya tulang kaki ayah patah, kita panggil saja Pak Kanta". Kak Adi segera pergi ke rumah Pak Kanta, orang yang biasa mengurut dan membetulkan tulang
Aku memanggil anakku untuk masuk ke dalam rumah dan segera menelepon Rani adikku, untuk memberi kabar tentang ayah. Tak lama Rani datang, hampir bersamaan dengan Kak Adi dan Pak Kanta.
*
Pak Kanta segera memeriksa kondisi ayah, dan beliau mengatakan persendian di paha ayah lepas sehingga tulangnya harus dikembalikan ke posisi semula. Ayah digotong ke kamarnya, baru kemudian tulangnya dibetulkan oleh Pak Kanta. Â
Selama 3 hari berturut-turut Pak Kanta datang ke rumah, dan beliau mengatakan kemungkinan ayah sembuhnya akan lama mengingat usia ayah sudah 70 tahun lebih.