Mohon tunggu...
Tati AjengSaidah
Tati AjengSaidah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 2 Cibadak Kab. Sukabumi

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemuda Pendiam yang Menjadi "Penyuluh Agama Teladan Kota Sukabumi"

21 Januari 2021   06:16 Diperbarui: 21 Januari 2021   08:05 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak terbayang sebelumnya seorang pemuda  yang dulunya pendiam, tetapi pada saat sekarang ini menjadi seorang penceramah yang biasa berbicara di depan orang banyak dan dikenal oleh khalayak ramai.  Seperti pengalaman hidup yang dialami oleh salah seorang alumni SMPN 1 Curugkembar Kabupaten Sukabumi yang bernama Acep Sutisna.

Untuk kedua kalinya saya menuliskan kisah inspiratif alumni SMPN 1 Curugkembar, walaupun sekarang saya sudah tidak mengajar lagi di sana tetapi pengalaman mengajar selama 8 tahun di sekolah ini sangat berkesan. Karena sekolahnya berada di daerah dan siswa-siswanya banyak yang berasal dari keluarga yang sederhana, tetapi memiliki semangat juang yang tinggi dalam belajar sehingga banyak alumni pada saat ini yang sukses dalam berkarir.

Pengalaman Sekolah di SMP 

Pada tahun 1997-2000 SMPN 1 Curugkembar masih merupakan bagian dari kelas jauh SMPN 1 Sagaranten, pembelajarannya dilaksanakan pada siang hari dan masih menumpang di SDN 2 Curugkembar. Dari sekian puluh siswa yang bersekolah di sini ada salah satu siswa yang bernama Acep Sutisna, yang dikenal oleh teman-teman dan guru guru sebagai anak yang pintar tetapi pendiam.

Acep tinggal bersama dengan keluarganya di Kampung Ciparay yang jaraknya kurang lebih 4 Km dari sekolah, setiap selesai sholat dhuhur dia akan berangkat ke sekolah bersama dengan temen-temannya yang lain dengan jalan kaki yang ditempuh kurang lebih setengah jam perjalanan karena sekolah dimulai pukul 13.00  sampai pukul 17.00 WIB. 

Walaupun harus panas-panasan ketika berangkat tetapi tidak menyurutkan semangatnya untuk menuntut ilmu, begitupun ketika pulang dari sekolah pukul 17.00 dan terkadang harus basah-basahan apabila sudah datang musim hujan. Jalan yang ditempuh dari rumah ke sekolah juga masih berupa jalan setapak yang belum di aspal, yang ketika hujan akan licin karena masih berupa tanah merah.

Ayahnya adalah seorang petani dan terkadang suka berjualan ikan dengan cara dipikul keliling kampung, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Acep merupakan anak bungsu dan memiliki 2 kakak perempuan, walaupun berasal dari keluarga sederhana tetapi ayahnya memiliki keinginan untuk menyekolahkan anaknya sampai jenjang yang tinggi.

Selama belajar di SMP prestasinya akademiknya sangat baik dan pernah mendapatkan rangking 3 besar, serta aktif dalam kegiatan eskul pramuka. Pada saat kelas 3 SMP semester dua, bangunan baru SMP sudah berdiri tetapi masih bernama SMPN 3 Sagaranten sehingga mengalami sekolah di pagi hari selama beberapa bulan sebelum dilaksanakan Ujian Nasional. Pada tahun 2000 Acep lulus dari SMP dan melanjutkan ke SMA Negeri Sagaranten yang jaraknya 7 km dari Curugkembar.  

Pada saat sekolah di kelas 1 SMA Sagaranten setiap hari dia berangkat ke sekolah dengan naik angkot yang ditempuh selama 20 menit perjalanan untuk sampai ke terminal Sagaranten, dan masih harus berjalan kaki menuju ke Sekolah. Karena memang di Kecamatan Curugkembar belum ada sekolah setingkat SMA, sehingga bila ingin melanjutkan sekolah harus ke SMA yang ada di Kecamatan Sagaranten ataupun MAN yang ada di Kecamatan Purabaya.

Sekolah Sambil Mondok di Pesantren

Sejak  masih di sekolah di SD 1 Curugkembar Acep sudah berprestasi dalam bidang keagamaan, serta pernah mewakili SD Curugkembar mengikuti perlombaan di Kecamatan Sagaranten dan mendapatkan juara 3 bidang Baca Tulis Al Qur'an.  

Ayahnya walaupun tidak lulus SD selalu mengingatkan kepada anak-anaknya untuk hidup dalam keseimbangan antara ilmu dunia dan ilmu agama, dan apabila anaknya tidak berangkat ngaji maka ayahnya akan memukul menggunakan sapu lidi. Hal inilah yang menjadikan motivasi bagi Acep untuk mendalami ilmu agama sejak kecil, dengan ikut pengajian di pondok pesantren milik pamannya di kampung Ciparay.

Pada saat naik ke kelas 2 SMA, Acep memutuskan mondok di pesantren yang berada di Sagaranten yaitu Pesantren Nurul Hikmah Baros pimpinan K.H Najmudin karena ingin mandiri dan ingin lebih dekat dengan sekolahnya. Di Pesantren inilah Acep sering menjadi pembawa acara pada acara pengajian umum pesantren, sehingga sudah memiliki kepercayaan diri untuk tampil di depan umum.

Setelah lulus dari SMAN Sagaranten pada tahun 2003, karena tidak memiliki biaya untuk kuliah langsung ke Perguruan Tinggi maka Acep melanjutkan mondok di Pesantren Al Hikmah di bawah pimpinan K.H Abdul Mujib. Pesantren ini  sekarang berganti nama menjadi Pesantren Al Syaikh Lutfi Al-Sawaf, yang lokasinya berada di Kecamatan Sukaraja. 

Pada tahun 2007 Acep mendaftarkan kuliah di D3 Akademi Keperawatan Pemda Kota Sukabumi, tetapi hanya bisa kuliah 2 semester saja karena terkendala dengan biaya. Hal ini merupakan pukulan terberat dalam hidupnya dan menjadikan semangatnya menurun, tetapi ibunya yang memiliki sifat lemah lembut dan penyabar  selalu memberikan motivasi sehingga semangatnya bangkit kembali.

Pada tahun berikutnya Acep melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sukabumi pada jurusan Pendidikan Agama Islam dengan mengambil kelas karyawan. Kuliahnya di laksanakan pada siang hari dari hari Kamis sampai hari Sabtu, dan pada hari Minggu dilaksanakan dari pagi. Untuk mencari tambahan uang untuk biaya kuliah, maka setiap pagi Acep mengajar sebagai guru honor di SDN 2 Cidadap Sukaraja dan sorenya mengajar di Madrasah Diniyah yang lokasinya  dekat pesantren.

Pada tahun 2011 Acep berhasil lulus dari STAI Sukabumi dengan meraih gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I), dan tetap melanjutkan bekerja sebagai guru honor di SDN 2 Cidadap Sukaraja  serta tinggal di perumahan sekolah yang ada di perkebunan Goalpara. Pada tahun 2012 Acep menikah, dan mulai berpindah mengajar dari satu sekolah ke sekolah lain yaitu di SDIT Adzkia 2 Ciandam  (tahun 2013), SDIT Pasim (2014), SDIT Andalusia (2015) dan mengajar di SMA Hayatan Thayyibah Sukabumi dari tahun 2016 sampai tahun 2020.

Pada tahun 2016 Acep mendapatkan beasiswa S2 dari Baznas Kabupaten Sukabumi sehingga bisa melanjutkan kuliah di Pasca Sarjana UIN Bandung dan lulus pada tahun 2018, sehingga mendapatkan gelar Magister Pendidikan (M.Pd).

Saat ini kegiatan yang di lakukan oleh Acep yaitu mengajar di Rumah Tahfidz program pengembangan SDM Desa Sukaraja, merintis Rumah Belajar di Perum Pesona Maryanti, menjadi ketua DKM Mesjid dan mengajar di MTs 2 Warudoyong Kota Sukabumi.

Menjadi Dai

Selain kegiatannya sebagai pengajar, mulai tahun 2016 Acep mulai aktif menjadi penyuluh Agama Islam di Kemendag Kota Sukabumi dan mulai melakukan  ceramah di berbagai tempat yaitu di Rutan Polres Sukabumi, lapas 2B kota Sukabumi, mengisi kajian bapak-bapak dan ibu-ibu di mesjid Jami Al Falah yang berada di Perum tempat tinggalnya sekarang, serta menerima panggilan untuk ceramah di sekolah-sekolah ataupun di tempat lainnya. Selain aktif menjadi penceramah, Acep juga menjadi khotib di mesjid Jami Al Ikhwan RSUD Syamsudin Kabupaten Sukabumi atau yang dikenal dengan Rumah Sakit Bunut.

Kegiatan memberi ceramah dan pembinaan di Lapas 2B Kota Sukabumi dilakukan secara rutin setiap seminggu 2 kali, sedangkan di Rutan Polres Sukabumi hanya bila ada panggilan saja. Tetapi di kedua tempat tersebut merupakan tempat ceramah yang paling berkesan karena menghadapi para napi, metode ceramah pun terkadang dengan mendengarkan mereka curhat dengan berbagai permasalahan yang kompleks. Suasananya pun dirasakan sangat berbeda, terkadang begitu masuk ruangan Acep sudah merinding karena berbeda dengan saat ceramah di tempat yang lain. Tetapi justru di tempat tersebut ceramah menjadi suatu tantangan, yang belum tentu bisa dirasakan oleh dai yang lain.

Pada tahun 2019 Acep mengikuti kegiatan pemilihan penyuluh agama teladan untuk katagori non PNs, yang tesnya meliputi pemberkasan, tes tulis dan wawancara. Di tingkat Kecamatan Cibeureum  dia mendapatkan nilai tertinggi sehingga bisa lolos ke tingkat Kota Sukabumi dan menjadi yang terbaik sehingga mendapatkan predikat sebagai penyuluh agama teladan tingkat Kota Sukabumi serta berhasil lolos ke tingkat Propinsi Jawa Barat dan masuk peringkat 10 besar.

Walaupun Acep saat ini tingal di perumahan yang ada di Kota Sukabumi, tetapi tidak melupakan kampung halamannya di Kecamatan Curugkembar, karena kedua orang tuanya masih tinggal di sana. Beberapa kali Acep pernah  memberikan ceramah di Curugkembar pada acara hajatan keluarga ataupun acara kenaikan kelas di sekolah-sekolah.

Hikmah

Saat ini Acep sudah berusia 35 tahun dan memiliki seorang istri dan orang 2 buah hati yang berumur 6 tahun dan 1 tahun. Semangat dan kerja keras yang telah dilakukannya dalam mencapai karirnya saat ini, tidak terlepas dari peran kedua orang tuanya. Sosok ayah yang tegas dan pekerja keras yang telah mendidiknya dan selalu menyuruhnya belajar agama sejak kecil, serta sosok ibu yang sabar yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam menghadapi rintangan yang ditemui sehingga semangatnya akan bangkit kembali.

Moto hidup yang dimiliknya yaitu "hiduplah dengan visi dan manfaatkan hidup untuk sesama", mudah mudahan Acep  bisa tetap menjadi penerang bagi mereka yang dalam kegelapan dan bisa memberikan ilmu yang bermanfaat bagi umat yang membutuhkan. Pesannya untuk generasi muda saat ini yaitu "jalani dan nikmati proses hidup dan selalu bekerja keras". Hal ini mengingatkan bahwa untuk meraih kesuksesan harus dipersiapkan dari sekarang melalui kerja keras dan melalui proses yang tidak instant.

Terimakasih kepada Acep Sutina yang telah berbagi pengalamannya, walaupun menurutnya pengalaman hidup yang dialami tidaklah istimewa dan merupakan hal yang biasa tetapi bisa menjadi inspirasi bagi orang lain. Sebagai salah seorang gurunya saya merasa bangga dengan prestasi yang telah diraihnya. Saya merasa terharu karena apa yang telah diajarkan pada saat SMP dulu tentang pelajaran Biologi yaitu tentang cacing wawo dan cacing palolo begitu berkesan di hatinya, serta telah menjadikan motivasi untuk terus belajar karena begitu luasnya ilmu yang ada di bumi ini.

Mudah-mudahan apa yang telah diraih oleh Acep bisa menjadi teladan bagi kita semua, karena ternyata di daerah banyak mutiara yang tersimpan dan apabila dipoles akan menjadi mutiara yang bisa bersinar menerangi bumi ini. Seorang putra daerah yang dulu pendiam ternyata bisa menjadi seorang penyuluh agama teladan  tingkat Kota Sukabumi sekaligus menjadi seorang dai yang telah di kenal oleh masyarakat sekitarnya. Semoga tulisan ini bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun