Mohon tunggu...
Tateng Gunadi
Tateng Gunadi Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Pecinta buku, suka menulis, dan senang fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pamijahan

15 Oktober 2022   10:04 Diperbarui: 15 Oktober 2022   10:07 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PAMIJAHAN

jalan menanjak dan berkelok itu
adalah juga serupa nasib kita. selalu dipeluk udara dingin,
sesuatu yang tidak mungkin dihindarkan. mari
lupakan, sayangku, dengan segelas panas
kopi pahit, bahwa hidup
bukanlah garis lurus

barangkali masih ada jejak kaki
yang disimpan waktu, di sini. tetapi, bukankah
segala menjadi abadi hanya dalam ingatan? seperti dulu,
tidak ada jalan yang selalu mudah
untuk ditempuh

tangga batu yang terjal menurun,
basah dan hijau berlumut, mengantar kita sampai
di Cigamea. deru gemuruh air tumpah ruah
dan tempias ribuan buih beterbangan
dipermainkan angin. tak ada pelangi lagi, sayangku,
kini matahari lebih kerap sembunyi

Bogor, 7 Oktober 2022

Puisi sebelumnya Kota Lama dan Simpang Lima

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun