Mohon tunggu...
TaTaS
TaTaS Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

Hanya ingin berbagi....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Darah itu Merah Jenderal...

30 September 2015   15:47 Diperbarui: 6 Oktober 2015   12:37 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ilustrasi rona merah"][/caption]

"Kamu tidak pernah tahu, betapa kejamnya mereka saat mereka berjaya....lalu bila kemudian mereka ditumpas habis sampai ke akar-akarnya, setimpal bukan dengan perbuatan mereka"

"Kamu tidak pernah tahu, bagaimana rasanya diseret dan digiring ke pinggir kali kemudian mendengar rentetan senapan dan satu persatu kawan di sampingmu terjengkang mati meregang nyawa...menunggu salah satu pelurunya menjungkalkanmu"

"Yang kamu tahu hanya sepenggal dialog film 'Darah itu merah Jendral...semerah darah rakyat'....tapi pernahkah kau tau kengerian yang sebenarnya pada waktu itu ?"

Lalu seperti biasa, kakek itu berapi-api lalu menuturkan kisahnya. Kisah tentang dirinya yang dulu rajin ke mushola dan selepas sholat isya' lalu bebincang dg guru ngajinya tentang Revolusi. Tentang Pemimpin Besar Revolusi Presiden Seumur Hidup Ir. Sukarno yang seringkali berapi-api berteriak 'Ganyaaaang Malaysiaaaa' lewat corong RRI.

"Aku orang Masyumi, Cong....dulu kita adalah musuh besar kaum 'kiri'....banyak diantara teman-teman ngajiku dulu yang diculik pagi-pagi buta sebelum subuh dan tak pernah kembali lagi. Ingat mata ganti mata...gigi ganti gigi, jadi wajar toh kalo kemudian kita balas dengan membantai mereka"

"Kamu tahu Cong...Gerwani itu apa....mereka sekumpulan pelacur tengik yang menari-nari telanjang saat pemudanya menghabisi para Jendral itu di Jakarta sana...makanya wajar toh kalau kemudian Djuminem, kembang desa yang ternyata Gerwani itu ditangkap, diarak telanjang lalu harus mau digilir setiap malam melayani pemuda-pemuda yang ronda.....wong Gerwani itu pelacur...ndak salah tho..."

Dan seperti sebelum, sebelum dan sebelumnya....aku hanya manggut-manggut terpesona mendengarkan dongengnya

_______________________________________________________________________________

*Sejarah adalah milik para pemenang

 

 

Ilustrasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun