Mohon tunggu...
TaTaS
TaTaS Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

Hanya ingin berbagi....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Fenomena Budaya Nyinyir Tanpa Karya

26 Januari 2016   13:46 Diperbarui: 26 Januari 2016   15:51 26768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada yang menarik yang selalu dikatakan Tawan sang 'Iron Man' dari Bali, bahwa dia tidak mencari ketenaran dengan lengan robot (buatan)-nya tapi dia ingin hanya ingin BEKERJA. Terlepas dari lengan robot tersebut itu hoax, palsu atau apalah... apalah atau mungkin memang hanya lengan robot dengan teknologi sederhana terus kenapa banyak orang yang kemudian nyinyir, mengkritisi atau menuduh Bli Tawan seorang pembohong? Apa pun itu, toh sebelum di-blow up oleh media, terbukti lengan robot itulah yang selama ini membantu Bli Tawan saat bekerja di bengkel lasnya. Terus apa masalahnya?

Fenomena nyinyir, mengkritisi, mencari kesalahan tentang hidup dan karya orang lain, sepertinya sudah menjadi budaya baru untuk masyarakat negeri ini, terutama masyarakat yang memiliki kemudahan untuk berinteraksi dan mengakses internet. Padahal, kalau mau cobalah dilihat di Youtube, cari kata kunci DIY (Do it Your Self), di situ akan banyak ditemukan postingan yang menginspirasi entah teknologi sederhana sampai teknologi rumit yang bisa dibuat sendiri di rumah. Tapi seberapa banyak netter Indonesia yang mau melihat kanal-kanal seperti itu, kebanyakan netter Indonesia melihat Youtube yang dicari malah berita gosip, upload yang berbau seks, provokasi agama, suku dan postingan yang tidak menjadikan bangsa ini 'melek'.

Lalu ketika ada karya yang secara tidak sengaja dilihat dan menarik media peliput, baru banyak 'para ahli' kemudian bermunculan dengan berbagai teori dan kata-kata canggih yang tidak semua orang mengerti. Pro dan kontra terhadap alat buatan (rekayasa teknologi) atau sebuah 'penemuan alat' pasti ada karena, kembali lagi, di dunia ini tidak ada buatan manusia yang demikian sempurna. Hanya selalu ada pertanyaan yang menggantung, jika Anda memang ahli atau menguasai teknologi atau bisa membuat alat yang lebih canggih mengapa Anda tidak mencoba membuat sendiri, daripada hanya sekedar berbicara di media sosial mengkritisi, nyinyirisasi terhadap alat sederhana buatan orang lain.

Ah sudahlah... seperti kata Bli Tawan, dia membuat alat (lengan robot) itu untuk attachement (alat bantu, penunjang; istilah dalam dunia industri mekanik) bukan untuk menjadi tenar atau mengomersialkan alat tersebut atau menjual alat tersebut. Jadi kenapa kita jadi komentator yang nyinyir menilai begini-begitu. Kalau memang alat itu berguna bagi dia kenapa kita yang ribut, apa ruginya buat yang meributkan itu hoax, palsu atau dan lain-lain. Terus apa untungnya juga buat Bli Tawan, selain ketenaran sesaat yang malah membuat dia sulit bekerja karena terlalu banyak melayani wawancara.

Ternyata memang, hidup itu.... Tuhan yang menentukan, kita yang menjalani... dan orang lain yang sibuk komentari.

 

Image: dok. bbc

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun