Mohon tunggu...
TaTaS
TaTaS Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

Hanya ingin berbagi....

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kalau Mau Berhenti, Ya Berhenti Saja

25 September 2015   13:13 Diperbarui: 25 September 2015   16:08 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Koq bisa ya ? Itu pernyataan dan pertanyaan pertama yang terlontar dari teman-teman dekat saat saya bilang 'saya sudah berhenti mas...'

Ya, lebih dari 20 tahun saya menjadi salah satu manusia penyumbang devisa yang rajin membeli rokok resmi bercukai, sebelum akhirnya saya putuskan untuk berhenti merokok mulai tahun 2015 ini. Masalahnya sebenarnya bukan pada Bisa atau tidak, tapi pada Mau atau tidak. Itu jawabannya bapak-bapak, mas-mas, tante-tante, budhe dan pakdhe sekalian. Nyatanya saya bisa...karena saya Mau

Terus kenapa berhenti ? Ya karena ingin berhenti saja. Titik. Bukan karena takut kena penyakit jantung atau takut kehilangan pita suara atau takut penyakit-penyakit seram yang ditempelkan di kotak rokok sebagai Peringatan dari Pemerintah. Bukan pula karena sayang anak atau tidak punya uang untuk beli rokok. Hanya karena ingin berhenti saja. Sudah...tidak ada alasan lain.

Untuk berhentipun, ya simpel....gak usah beli rokok, gak perlu pegang rokok dan tidak mencoba untuk menyalakan. That's it....sesimpel itu. Gak perlu dengan cara mengekploitasi anak, disuruh foto dengan pegang tulisan 'Papa akan berhenti merokok, jika saya mendapat 1000 Like'. Lha mbok kalau niatnya cuma mau pamer niat, gak perlu minta 1000 Like, 1 Like saja sudah cukup. Nha sampeyan itu mau berhenti merokok apa cuma mau pamer niat.

Sekali lagi, untuk berhenti merokok tidak perlu mengarang atau mencari alasan. Karena jika beralasan, maka bisa saja ketika alasan tersebut sudah tidak relevan sampeyan terus merokok lagi. Misalnya alasannya karena disuruh pasangan, ketika pasangan sudah tidak perduli lagi maka sampeyan bisa kembali lagi ke pelukan rokok. Atau misalnya karena 1000 Like, bisa saja ketika Like-nya cuma 999, sampeyan dengan santainya bilang ke anak anda 'Sabar yo le...karena kamu kurang 1 Like (yg bisa jadi dimanipulasi biar salah dlm penghitungannya), makanya Papa' gak jadi berhenti merokok'. Itu akan langsung makjleb nancep diingatan anak sampeyan lho....dan bisa saja dia akan meniru itu kelak.

'Saya sudah kecanduan koq', itu alasan klasik yang sering dibilang banyak perokok. Tapi coba disimak lagi kata-katanya, 'kecanduan'...bukan 'kerokokan', padahal kan sampeyan sedang berusaha berhenti merokok, bukan berhenti mencandu. Terus ada lagi yang bilang 'Badan saya gak enak kalau gak merokok', padahal itu cuma sugesti. Bagaimana kalau sugestinya dibalik 'Badan saya gak enak kalau merokok'. Bisa kan ?

Jadi kalau mau berhenti ya berhenti saja....gak usah ina-inu ita itu ona anu....Berhenti, Stop, The End

Sumber Gambar, dari sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun