Saya tergelitik membaca topik pilihan Kompasiana kali ini: Jalan Buntu Pembuatan Jalur Sepeda. Seakan-akan memang tidak ada harapan lagi untuk mengembangkan 'jalan khusus' bagi 'kendaraan' tanpa mesin itu. Semacam, hopeless, yasudah, dead end.
Secara eksisting, jalur sepeda pada kota-kota di Indonesia memang tidak sebagus kota-kota di luar sana. Bahkan pada kebanyakan kota cenderung belum terdapat jalur sepeda sama sekali.
Kemarin, saya membaca artikel utama tentang jalur sepeda di Kota Taipe. Menarik sekali. Saya membayangkan iklim bersepeda disana sudah tumbuh dengan baik. Berbeda sekali dengan kondisi dalam negeri.
Namun, sebelum pesimis kita mencapai titik paling rendah, let me tell you something...
Rencana Kota Adalah Visi yang Panjang dan Misi yang Kadang Mustahil Dituju
Persoalan mengenai infrastruktur perkotaan selalu saja rumit. Pada sesi-sesi diskusi pengembangan infrastruktur perkotaan, pembahasan mengenai pengadaan infrastruktur kota pada negara berkembang selalu bermuara pada pertanyaan besar, "apakah dananya ada"?
Dibalik tanya itu, ada segudang hambatan lain yang memerlukan concern, tidak hanya dari sang penguasa namun juga dari khalayak masyarakat.
Saya pernah menyinggung di artikel saya ini, bahwa untuk mewujudkan sistem transportasi yang baik sangat bergantung pada dua hal: political will dan pendanaan.
Jika bisa dikuantifikasi, dua hal itu kira-kira mengambil porsi 75%. Sementara, masih ada sisa 25% faktor yang membayangi terwujudnya sistem transportasi yang baik. Seperti hal-hal teknis, koordinasi antar lembaga, hingga rencana kota secara menyeluruh.
Sistem pergerakan suatu kota tidak bisa berdiri sendiri. Idealnya harus terintegrasi. Demikian halnya dengan jalur sepeda. Jalur ini, jika memang diadakan, secara konseptual harus terintegrasi dengan sistem kota secara utuh.