Mohon tunggu...
Eta Rahayu
Eta Rahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Urban Planner | Pemerhati Kota | Content Writer | www.etarahayu.com

Hidup tidak membiarkan satu orangpun lolos untuk cuma jadi penonton. #dee #petir etha_tata@yahoo.com | IG: @etaaray

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mengulik Akulturasi Budaya Pada Jajanan Kekinian Crepes

7 Mei 2024   06:44 Diperbarui: 7 Mei 2024   06:51 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Crepe hingga kini masih melegenda di negaranya, banyak street food yang menjajakannya | Sumber: Unsplash @Emile

Tahun 2022 Kementerian Pariwisata melalui website resminya mengulas sejumlah makanan hasil akulturasi budaya. Seperti bakso, bakpia Jogja, hingga martabak telur. Kuliner yang dijajakan oleh pelaku usaha street food hingga dibuat oleh chef di hotel bintang 5 itupun semakin menambah khasanah sektor ekonomi kreatif Indonesia.

Kalian pasti setuju kalau ekonomi kreatif kita semakin berseri akhir-akhir ini. Usaha kecil menengah semakin bertumbuh bahkan juga melalui akulturasi budaya luar.

Akulturasi terjadi karena beragam kejadian seperti masa penjajahan maupun singgah pelayaran. Bahkan, berkat meluasnya perdagangan bebas di seluruh dunia, kuliner khas luar negeri banyak bermunculan di nusantara dengan dimodifikasi sesuai budaya lokal.

Perdagangan bebas membuat setiap negara saling mengenalkan dan menyebarkan makanan khasnya. Kini banyak makanan hasil akulturasi budaya yang berhasil eksis seperti olahan Korean food, Thai street food bahkan juga France food seperti crepes.

Crepe origin: Prancis

Crepe hingga kini masih melegenda di negaranya, banyak street food yang menjajakannya | Sumber: Unsplash @Emile
Crepe hingga kini masih melegenda di negaranya, banyak street food yang menjajakannya | Sumber: Unsplash @Emile

Pada abad pertengahan, crepe menjadi penganan viral di kalangan orang Breton. Website icafedeparis.com menyebut bahwa orang Breton mengadoni tepung soba, tanaman pokok di wilayah barat laut Prancis tersebut, menjadi crepe.

Dikenal sebagai "galettes de sarrasin," saat itu crepe diisi dengan bahan gurih seperti keju dan telur. Baru pada abad ke-19, crepe manis yang dibuat dari tepung terigu dan diisi dengan bahan-bahan seperti gula, mentega, dan buah menjadi populer di Prancis.

Teknik memutar crepe dengan batang kayu yang disebut "rateau" sendiri telah muncul pada abad ke-13. Skill itu membuat adonan merata dan menghasilkan crepe yang lebih tipis dan lembut. 

Merujuk pada website tasteofpariscreperie.com, kala itu crepe menjadi simbol kemakmuran dan kelimpahan, sehingga sering disajikan selama perayaan keagamaan juga acara tertentu. Crepe menjadi favorit kaum borjuis Paris dan dihidangkan sebagai dessert restoran mewah.

Bahkan, pada website crepemaker.com disampaikan bahwa setiap tanggal 2 Februari dirayakan sebagai hari crepe (le jour des crêpes). Alasannya, crepe terlihat seperti matahari yang mengingatkan bahwa musim dingin akan segera berakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun