Tapi bukankah kamu tak bisa bicara? Kamu hanya dipamerkan, dipertontonkan, kadang juga berusaha ditutupi tapi kadang diisyaratkan jua.
Ah maaf citra, aku tak paham tentangmu tapi aku menggundahkan hatiku demi kamu.
Untung aku perempuan, jadi tak dianggap galau karena wanita. Atau malah aku dianggap tak wajar. Ah itu hanya citra yang tampak kan? Kenapa aku harus cemas?
Segala tentangmu kini menjadi semakin menarik. Entah dari sisi mana aku bisa mencitrakan kamu menarik. Aku sendiri tak paham. Sulit sekali memahamimu.
Ah maaf citra, aku tak paham tentangmu tapi aku menggundahkan hatiku demi kamu.
Ohya, aku pernah dengar dari seseorang. Ah sebaiknya tak ku katakan, tak ku tulis. Dahimu hanya akan mengerut jika kamu mendengarnya, jika kamu membacanya. Ah tapi apa boleh buat, aku tak bisa menyembunyikannya darimu. Bentar, bukannya kamu juga tak punya dahi, kenapa aku menggundahkanmu?
Citra, dengan banyaknya covermu, begitu sering kebanyakan orang mempesimiskan apa yang tercitrakan. Semua orang bilang, ah itu hanya citra!
Aku kadang juga tak paham. Apa salahnya dengan citra. Toh bukankah semuanya tentangmu? Citra.
Ah pada akhirnya aku tak tau harus seperti apa. Toh bukankah semuanya tentangmu? Citra.
facetoword, 22 Mei 2014
Di dini hari saat menerka - nerka, mungkin sebentar lagi hujan..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H