[caption id="attachment_328572" align="aligncenter" width="576" caption="http://1.bp.blogspot.com/-lmIdi2exPrk/UUnb9Uj-qGI/AAAAAAAAAhI/EP7wlyZvr_8/s1600/cerita-cinta.jpg"][/caption]
kupandangi perempuan itu dari jarak tak berujung dan bertepi
sosok itu dia adalah selaput yang lekat ditubuhku di masa lalu
kulihat gerak tubuhnya laksana penari jiwa di tengah kerumunan massa
teriaknya lantang membakar rasa dan mencungkil mata penguasa
bertutur dia tentang demokrasi dalam gambar dan kalimat bertenaga
yang tertempel di lembar-lembar pagi setiap lampu merah, koridor, kantor dan plasa
dia hadirkan dari balik lensa dan layar kaca, kilau cintanya untuk setiap manusia
dia perempuanku di sejuta detak jantung masa lalu, namun di jeda jarak dan waktu dia telah menjadi sebuah suara yang tak pernah bisa dikira dengan deret angka dan partitur bijak
dia perempuanku dimasa lalu yang telah dirubah semesta raya dan dimiliki persada
ya, karena kini dialah pemilik suara
tiba-tiba sekelebat terpandang diriku di awan biru, ada keterkejutan berarak-arakan dengan keterasingan, ada sejuta takjup bertindihan kagum dan rasa tak terdefenisi
[caption id="attachment_328573" align="aligncenter" width="613" caption="https://lh3.googleusercontent.com/-UAx6i2ll0E4/TYYebFW04jI/AAAAAAAAABE/pkLDhM4pUxA/s1600/2.jpg"]
senja itu aku bertemu dia di simpul waktu para dewa
tak kuasa kutahan kata, “indah, kau kini sungguh hebat, aku kagum dan bangga padamu, kini kau adalah sebuah suara’’
sosok di depanku itu terdiam sejenak, dia merunduk dan memainkan ujung rambutnya yang sebagian tergerai angin
tak seperti penari jiwa-jiwa di kerumunan masa, tak serupa sinar dibalik kaca, kemana semua itu? dimana sosok perempuan tangguh milik persada itu?
kudengar suara lembut, “abang, tak semua suara yang kumiliki kuberikan pada mereka”.
aku sedikit terkejut ; “indah, kau telah berbohongkah pada persada?”
“tidak abang..” suaranya semakin lembut dan terasa bergetar,
aku tak mengerti, kutatap wajah tertunduk itu mencoba membaca dari lekuknya yang indah
katanya lagi “abang, suara yang ada di hatiku dulu belum bisa kuberikan kepada siapapun”
kembali aku terkejut, kakiku tiba-tiba dingin, kemudian sekejap dia tengadahkan wajahnya, tertangkap olehku seberkas cahaya matanya, ada kilau bening berwarna biru, tak seperti gambar lantang dirinya di lembar-lembar pagi pada setiap lampu merah, kantor dan plasa
aku tertegun, mematung dan seperti lelaki bodoh yang kehilangan kelelakianku,
dan tiba-tiba kulihat langit dan sekelilingku merubah menjadi merah jingga !
tatang sugana@2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H