Mohon tunggu...
Tatank
Tatank Mohon Tunggu... swasta -

Saya adalah lelaki yang sedikit nakal, namun baik hati. Tapi anda tak perlu percaya sepenuhnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seorang Perempuan di Batas Suara

12 Juni 2014   14:22 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:06 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_328572" align="aligncenter" width="576" caption="http://1.bp.blogspot.com/-lmIdi2exPrk/UUnb9Uj-qGI/AAAAAAAAAhI/EP7wlyZvr_8/s1600/cerita-cinta.jpg"][/caption]



kupandangi perempuan itu dari jarak tak berujung dan bertepi

sosok itu dia adalah selaput yang lekat ditubuhku di masa lalu

kulihat gerak tubuhnya laksana penari jiwa di tengah kerumunan massa

teriaknya lantang membakar rasa dan mencungkil mata penguasa

bertutur dia tentang demokrasi dalam gambar dan kalimat bertenaga

yang tertempel di lembar-lembar pagi setiap lampu merah, koridor, kantor dan plasa

dia hadirkan dari balik lensa dan layar kaca, kilau cintanya untuk setiap manusia

dia perempuanku di sejuta detak jantung masa lalu, namun di jeda jarak dan waktu dia telah menjadi sebuah suara yang tak pernah bisa dikira dengan deret angka dan partitur bijak

dia perempuanku dimasa lalu yang telah dirubah semesta raya dan dimiliki persada

ya, karena kini dialah pemilik suara

tiba-tiba sekelebat terpandang diriku di awan biru, ada keterkejutan berarak-arakan dengan keterasingan, ada sejuta takjup bertindihan kagum dan rasa tak terdefenisi

[caption id="attachment_328573" align="aligncenter" width="613" caption="https://lh3.googleusercontent.com/-UAx6i2ll0E4/TYYebFW04jI/AAAAAAAAABE/pkLDhM4pUxA/s1600/2.jpg"]

1402511260419914071
1402511260419914071
[/caption]

senja itu aku bertemu dia di simpul waktu para dewa

tak kuasa kutahan kata, “indah, kau kini sungguh hebat, aku kagum dan bangga padamu, kini kau adalah sebuah suara’’

sosok di depanku itu terdiam sejenak, dia merunduk dan memainkan ujung rambutnya yang sebagian tergerai angin

tak seperti penari jiwa-jiwa di kerumunan masa, tak serupa sinar dibalik kaca, kemana semua itu? dimana sosok perempuan tangguh milik persada itu?

kudengar suara lembut, “abang, tak semua suara yang kumiliki kuberikan pada mereka”.

aku sedikit terkejut ; “indah, kau telah berbohongkah pada persada?”

tidak abang..” suaranya semakin lembut dan terasa bergetar,

aku tak mengerti, kutatap wajah tertunduk itu mencoba membaca dari lekuknya yang indah

katanya lagi “abang, suara yang ada di hatiku dulu belum bisa kuberikan kepada siapapun

kembali aku terkejut, kakiku tiba-tiba dingin, kemudian sekejap dia tengadahkan wajahnya, tertangkap olehku seberkas cahaya matanya, ada kilau bening berwarna biru, tak seperti gambar lantang dirinya di lembar-lembar pagi pada setiap lampu merah, kantor dan plasa

aku tertegun, mematung dan seperti lelaki bodoh yang kehilangan kelelakianku,

dan tiba-tiba kulihat langit dan sekelilingku merubah menjadi merah jingga !

tatang sugana@2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun