Produk imitasi adalah produk-produk yang dijual menggunakan desain maupun nama brand terkenal lain secara illegal. Jika kalian berkunjung ke pusat-pusat perbelanjaan pasti kalian akan mendapatkan beberapa produk imitasi yang dijual. Produk yang ditawarkan memiliki desain mirip dengan produk ternama, namun dengan harga yang dipatok lebih rendah dari harga aslinya. Biasanya barang-barang yang sering dipalsukan tersebut adalah barang-barang brand terkenal seperti Luis Vuitton, Supreme, Nike, Adidas, dsb.
Mungkin kebanyakan orang tidak terlalu memperdulikan hal ini dan tetap membeli barang-barang tersebut, contohnya saya. Saya akui harga yang dipatok biasaya menggiurkan, ditambah lagi beberapa barang kw tersebut memiliki kualitas yang hampir setara dengan aslinya. Menurut saya, hal tersebutlah yang membuat banyak orang masih membeli barang kw.
Disamping itu, saya rasa orang-orang termasuk masyarakat Indonesia, masih memiliki pemikiran bahwa lebih baik membeli barang yang lebih murah dari pada barang aslinya. Pemikiran tersebut juga didukung dengan kondisi perekonomian mayoritas penduduk Indonesia yang menurut saya masih dibawah rata-rata. Â Disisi lain, brand-brand terkenal, Â menurut saya sering mematok harga terlalu tinggi dan tidak sebanding dengan kualitas yang ditawarkannya, sehingga hanya kalangan tertentu yang dapat membeli produk mereka.
Penjualan barang palsu mungkin dianggap remeh oleh kita, namun jika kalian belum tahu, fenomena penjualan barang kw termasuk kejahatan transnasional. Hal ini telah menjadi bahan perbincangan dalam dunia internasional. Mengapa? Sebagai permulaan, tentu dengan penggunaan desain atau nama brand secara illegal tersebut sudah jelas melanggar hukum. Selanjutnya adalah mengenai penjualan barang-barang ini yang biasanya didistribusikan lintas negara.
Bisa dilihat, produk-produk kw yang dijejerkan ditempat-tempat penjualan pasti akan ditemukan tulisan "made in china". Wajar saja karena menurut data yang didapat oleh PBB, pada tahun 2008 hingga 2010, 70 persen produk imitasi yang ada didunia berasal dari China. Selain itu, hal ini dapat berdampak luas terhadap perekonomian perusahaan maupun negara-negara terlibat. Akibat lakunya produk imitasi tersebut dapat merugikan perusahaan, bahkan hingga kebangkrutan.
Dari sana dampak yang ditimbulkan selanjutnya adalah bertambahnya  jumlah pekerja yang menjadi penggangguran, dan pada akhirnya dapat menyebabkan kelaparan dan kemiskinan.  Contoh terdekat ialah tutupnya distributor Vans Indonesia beberapa tahun lalu. Banyak yang beranggapan bahwa hal tersebut terjadi akibat banyaknya sepatu-sepatu Vans kw yang diminati konsumen.Â
Ya mungkin kita tidak terlalu terancam jika barang yang dipalsukan merupakan barang- barang fashion. Namun bagaimana jika yang dipalsukan itu adalah produk-produk makanan, peralatan, atau bahkan obat-obatan? Seperti beberapa waktu lalu, teman saya yang kurang pengetahuan akan hal-hal ini mencoba untuk membeli krim muka yang tidak jelas merknya.
Alih-alih membaik, Â produk tersebut malah memperparah wajahnya dan juga menyebabkan gatal-gatal. Â Karena memang orang-orang yang memproduksi barang-barang kw itu hanya berniat untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Mereka tidak memperdulikan akan masalah kesehatan dan dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh produk tersebut.Â
Menurut saya, produk-produk seperti ini masih laku di pasaran karena masih banyak permintaan dari konsumen, karena jelas jika tidak ada permintaan, tidak mungkin barang-barang tersebut masih marak  dipasarkan.
Saya mengibaratkan para pemproduksi barang tiruan itu seperti pemasok narkoba namun lebih berbahaya, mereka bekerja secara illegal dan mengekspor produk mereka secara global. Karena barang-barang yang mereka jual juga dapat menyebabkan jatuhnya korban, menjatuhkan perusahaan, serta merusak perekonomian negara.Â
Barang yang dijual juga sangat mudah untuk diproduksi, berbeda dengan narkoba seperti daun ganja yang membutuhkan waktu produksi. Pendistribusian barang-barang imitasi juga sangat mudah dibandingkan pendistribusian narkoba, karena tidak membutuhkan kurir atau sebagainya.