Kemarin Setelah jam istirahat, seperti biasa saya mencari makan siang, namun setelahnya saya tidak kembali ke kantor tetapi bergegas menuju Bogor menggunakan kereta api melalui stasiun Tebet. Selama ini saya meninggalkan pekerjaan jika itu terkait dengan persoalan kuliah namun kemarin 17 Maret 2014 saya pergi ke Bogor untuk menghadiri peringatan dua tahun haul Prof. Sayogyo.
Meski tak pernah bertemu, tapi pada 3 buah jilid buku pinjaman dari teman (Bg Imam) yang berisikan kumpulan tulisan Prof. Sayogyo semasa hidupnya saya belajar banyak dan merasakan bahwa ia adalah seorang pengajar yang akan sangat mencerahkan bagi anak didiknya, seorang yang begitu teliti dan rinci dalam menulis, menuangkan gagasanya dengan jernih tentang pentingnya keberpihakan pada masyarakat perdesaan, kelompok lemah dan marjinal, seseorang yang tidak berpikir varsial namun melihat masalah seacara komperehensip, melalui akar mendasar yang menyebabkan sebua masalah lahir.
Dalam banyak tulisanya ia tidak hanya menunjukkan kritikan keras atas berbagai kebijakan pemerintah yang menurutnya kurang tepat namun juga memberikan solusi atas apa yang di kritiknya. Maka tak salah jika apa yang di sampaikan oleh Pak Gunawan Wiradi dalam peringatan Haul kemarin bahwa alat melawan Sayogyo adalah ilmu pengetahuan. Melawan Dengan Ilmu Pengetahuan ini merupakan satu bentuk keteladanan penting yang perlu di contoh bagi setiap anak muda saat ini, bahwa melawan itu harus berbekal ilmu, tak cukup dengan teriakan-teriakan karena itu akan sama saja dengan pembual jalanan.
Karena itu seyognya anak muda mengenali Sayogyo, sebab pada dirinya ada banyak keteladanan entah sebagai seorang sosiolog yang meletakkan dasar-dasar pemikiran mengenai sosiologi perdesaan Indonesia, sebagai seorang akademisi yang paripurna dengan segala penghargaanyang pernah diperolehnya, juga berbbgai karya yang pernah dituliskanya, atau sebagai seorang aktivis yang terus konsisten pada perjuanganya untuk terus mengawal berbagai kebijakan Negara.
Sayogyo sebagai seorang pemikir yang menulis dan juga bertindak meski selama hidupnya Tidak Memiliki Anak Biologis Namun Ia Memilki Banyak Ideologis. Hal ini tampak jelas dalam acara haul kemarin di hadiri banyak anak muda dari berbagai kelompok dan juga asal daerah., mulai dari kelompok pengamen jalanan, mahasiswa hingga lembaga swadaya. bahkan Ketika saya datang dalam acara tersebut disana telah hadir beberapa orang juga teman yang saya kenal di Kedai Ipok, ada ilham dan risky, juga Bg Risman yang memberi kabar tentang acar haul tersebut, kami lalu saling menyapa dan bertukar kabar, sambil menunggu acara di mulai saya bersama riski, juga ilham terus mengobrol sambil menikmati teh dan juga kopi namun tak lama kemudian geirmis turun tapi ini tak juga membuat surut niat berbagai pihak untuk datang memperingati Haul 2 tahun Sayogyo, orang-orang masih berdatangan hingga acara dimulai dalam suasana penuh kesederhanaan, kesahajaan juga cerita yang begitu menggugah dari Pak wiradi ketika menceritakan mengenai pertemuan, perkenalan dan Pergaulanya bersama Prof. Sayogyo selama hidupnya, dan dalam kesempatan itu Pak Wiradi juga menyampaikan pesanya untuk generasi muda Untuk Menjadi “…Pemuda pengendali, Bukan Pion…”,
Akhirnya semoga kita di berikan kekuatan dan Kemampun !!..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H