Mohon tunggu...
Tatag Y.E. Siswono
Tatag Y.E. Siswono Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Belajar, Belajar, dan Belajar Lebih Baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Adakah Logaritama Di SD?

7 November 2014   03:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:25 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14152815841675649910


Belajar logaritma tampaknya menjemukan. Berderet definisi dan simbol matematika dipamerkan. Sekelompok mahasiswa calon Magister Pendidikan Dasar menerangkan menggebu-gebu. Mulai definisi penuh simbol matematika sampai sifat-sifat logaritma. Bahkan sampai persamaan dan pertidaksamaan logaritma. Apaan…tuh? Penyaji tampaknya menguasai materi. Suaranya lantang meyakinkan, “Materi ini mengulang pelajaran kita di SMP…SMA…dan kuliah dulu.. kalau tidak salah”. Teman lain hanya diam. Jurus motivasinya belum meyakinkan. Kebanyakan ekspresinya, “wuh..hem..”. Menghela nafas panjang.Apalagi ketika ditampakkan satu halaman slide tabel logaritma. Satu layar penuh dengan angka-angka. Dikatakan, “Ini kalau disajikan semua…angkanya bisa menembus bumi”. “Hadeh…hedeh… bisa tidak dikirim ke email saja slidenya. Adeh…”, kebanyakan menggeleng-geleng kelelahan. Lelah pikirnya. Anehnya, diskusi sangat intensif. Mata pendengar memperhatikan betul. Meski kebanyakan tercenung dan asal bicara. Mahasiswa peminat matematika lebih antusias. Pertanyaannya melebihi materi yang dibahas. Heboh juga diskusinya. Mereka bisa bertanya bukan hanya pada materi pokok.

Kelas ini beragam minat dan bidang ilmunya. Kalau di SMA masih cukup berminat pada matematika, dia lumayan menguasai. Kalau antipati terhadap matematika, wah.. simbol penjumlahan saja bisa lupa. Apalagi ketika S1-nya, jurusan programnya cenderung jauh dari matematika. Mereka guru kelas jadinya belajar berbagai materi dasar. Termasuk, matematika. Hal penting dari materi ini sebenarnya adalah bagaimana manfaat logaritma bagi siswa SD. Kalau penggunaan praktis sulit sekali merumuskan. Bisa saja dikaitkan dengan penggunaan skala Richter untuk mengukur gempa. Namun itu tidak kontekstual. Sulit bagi siswa yang tidak akrab dengan gempa. Lebih baik memberi alasan untuk kepuasaan pikir saja. Apa perlunya logaritma bagi siswa SD?

Bayangkan kita bertanya pada anak SD kelas I atau TK. “Berapa delapan dikurangi lima?”. Jawabnya pasti, “tiga”. “Berapa delapan dikurangi tujuh?”, Jawabnya tentu satu. Selanjutnya, “Berapa delapan dikurangi Sembilan?”. Jawabnya mungkin tidak ada… Nggak ada bu.Tidak bisa pak. Pengurangnya harus lebih besar… Begitu pola pikir siswa SD. Gurunya tahu hasilnya? Ya benar negatif satu. Anak itu belum mengenal konsep bilangan negatif. Pertanyaan terakhir menjadi kegalauan pikir. Bila diajukan pada siswa kelas IV, tentu dia bisa menjawab -1. Pengurangan bilangan bulat itu sudah dikenal. Ada kebutuhan bilangan negatif untuk memuaskan rasional pikir seseorang.

Sama halnya dengan pertanyaan untuk siswa kelas IV. “Dua pangkat berapa yang hasilnya sama dengan empat?”. Jawabnya dua pangkat dua. “Dua pangkat berapa yang hasilnya delapan?”. Jawabnya dua pangkat tiga. “Mengapa kok delapan?”. Ya, karena dua kali dua kali dua hasilnya delapan. Mantap. “Bagaimana kalau dua pangkat berapa yang hasilnya sama dengan tiga?”. Spontan dijawab “tidak ada pak”. Wah berarti sama dengan kasus siswa kelas I tadi. Dia belum kenal konsepnya. Jawab sebenarnya adalah log 3 basis 2. Dua pangkat 2log 3 hasilnya sama dengan 3. Logaritma sendiri konsep kebalikan dari perpangkatan. Ehm..siswa tertegun-tegun. Wajahnya mencerminkan kepuasan rasional. Sampai tiba-tiba pintu ruang dibuka keras... Oh ya waktu kita habis. Minggu depan bertemu lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun